Dubai, Gatra.com - Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi bulan lalu menjanjikan US$3 miliar atau setara Rp42 triliun lebih dalam bentuk bantuan ke Sudan. Dana ini diberikan kepada para pemimpin militer baru negara tersebut yang telah menggulingkan presiden Omar al-Bashir setelah beberapa minggu massa melakukan protes.
Para pengunjuk rasa dan aktivis telah bernegosiasi dengan ‘Dewan Militer Transisi’ (DMT) untuk membentuk badan sipil-militer bersama untuk mengawasi transisi. Namun, mereka menemui jalan buntu tentang siapa yang akan mengendalikan dewan baru ini.
“Benar-benar sah bagi negara-negara Arab untuk mendukung transisi yang tertib dan stabil di Sudan. Salah satu yang dengan hati-hati mengkalibrasi aspirasi rakyat dengan stabilitas kelembagaan,” sebut Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash, dikutip Reuters, Rabu (1/5).
Baca Juga: Presiden Transisional Sudan Turun Jabatan Baru Sehari Setelah Menjabat
Kelompok oposisi Sudan menyerukan dewan pimpinan sipil untuk mengawasi transisi politik. Namun DMT tidak menunjukkan tanda-tanda kesediaan untuk melepaskan otoritas tertinggi. UEA dan Arab Saudi mendukung Ketua Dewan, Abdel Fattah al-Burhan dan wakilnya, Mohamed Hamdan Dagalo, melalui partisipasi mereka dalam pertempuran koalisi pimpinan Saudi di Yaman.
UAE dengan cepat menyambut penunjukan Burhan dan mengatakan akan berupaya mempercepat bantuan ke Sudan. Tak lama setelah pencalonan Burhan, Arab Saudi mengatakan bahwa pihaknya juga akan menyediakan gandum, bahan bakar, dan obat-obatan untuk Sudan.
UEA dan Saudi telah bekerja sama untuk melawan kebangkitan gerakan ‘Islamis politik’ dan turut serta mendukung pemimpin militer Mesir, Presiden Abdel Fattah al-Sisi setelah penggulingan ‘Presiden Islamis’ pertama yang terpilih secara demokratis, yaitu Mohamed Mursi.