Home Gaya Hidup Penjelasan BMKG Soal Munculnya Embun Es Dieng yang Lebih Cepat dari Biasanya

Penjelasan BMKG Soal Munculnya Embun Es Dieng yang Lebih Cepat dari Biasanya

Banjarnegara, Gatra.com – Fenomena embun es yang muncul di Dataran Tinggi Dieng sebenarnya adalah fenomena biasa yang terjadi hampir setiap tahun terjadi pada musim Kemarau. Namun, kemunculan kali ini memang di luar kebiasaan lantaran lebih cepat dari biasanya.

Embun es  muncul di lapangan timur kompleks Candi Arjuna, Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur, Banjarnegara, Sabtu (18/5). Padahal, biasanya embun es baru  ada pada Juni, Juli, Agustus, hingga September, atau puncak kemarau.

Menanggapi fenomena ini, Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banjarnegara, Setyoadjie Prayodhie mengatakan, kemunculan embun es Dieng memang tak bisa diprediksi secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa prasyarat sebelum munculnya embun es, sehingga bisa menjadi acuan munculnya embun es.

Dia membenarkan, munculnya embun es Dieng selalu berhubungan dengan musim kemarau. Saat musim kemarau, tak ada tutupan awan yang menyebabkan panas permukaan bumi terlepas dan menyebabkan suhu turun.

“Sekarang, sebagian wilayah Jawa Tengah memang sudah memasuki musim kemarau. Kalau Banjarnegara, belum. Banjarnegara kemarau pada Juni,” katanya, saat dihubungi Gatra.com, Sabtu (18/5) malam.

Menurut dia, kini Banjarnegara, termasuk Dieng, tengah memasuki fase peralihan musim atau pancaroba dari penghujan ke kemarau. Pada musim pancaroba, cuaca harian cenderung sukar diprediksi karena fluktuatif.

Dia menerangkan, dalam beberapa hari terakhir, cuaca Dieng dan sekitarnya cenderung cerah. Sejalan dengan itu, suhu turun hingga titik beku. Titik beku diperoleh saat kisaran suhu 0 derajat celsius atau minus. “Yang terjadi adalah kondensasi embun sehingga muncul fenomena froze (membeku/es),” katanya.

Dia juga menyampaikan bahwa topografi Dataran Tinggi Dieng juga berperan penting dalam menciptakan cuaca lokal yang berubah-ubah. Pasalnya, Dieng berada di dataran lebih dari 2.000 mdpl. “Faktor lokal di Dieng sangat berpengaruh terjadinya fenomena embun es,” ujarnya.

Mengenai  munculnya kabut pada malam sebelum embun es muncul pagi harinya, Setyoadjie menerangkan, kabut tebal tidak bisa menjadi pertanda munculnya embun es. Akan tetapi, fenomena itu jika dikaitkan dengan turunnya suhu udara minus,  ada potensi embun es akan bertambah tebal.

Dia pun memperingatkan, meski dianggap menarik bagi wisatawan dan bisa memicu naiknya angka kunjungan ke Dieng,  munculnya embun es atau bun upas ini juga perlu diwaspadai  petani kentang. Pasalnya, tanaman kentang muda dan sayuran lainnya bisa mati karena dicekam embun es yang menempel pada batang dan daun tanaman.

Sebab itu, ia meminta  petani agar selalu memantau perkembangan cuaca melalui BMKG untuk memulai musim tanam kentang. Seperti diketahui, petani Dieng banyak bertanam kentang pada musim kemarau untuk menghindari serangan jamur dan penyakit lainnya. Diusahakan saat embun es diperkirakan muncul, tanaman sudah cukup dewasa sehingga tidak terdampak fatal,” ujarnya.

981