Yerusalem, Gatra.com- Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu kesulitan membentuk pemerintahan setelah pemungutan suara nasional pada bulan lalu. Parlemen memutuskan membubarkan diri dan menetapkan tanggal pemilihan suara. Sedangkan legislator masih harus mengadakan pemungutan suara akhir yang kemungkinan berlangsung pada Rabu (29/5).
Netanyahu sebagai Ketua Umum Partai Sayap Kanan, Likud berperan mengatasi perselisihan tersebut. Ia mengatakan akan melanjutkan pembicaraan dengan koalisi. Menurutnya, pemungutan suara ulang tidak perlu karena membutuhkan dana besar.
“Banyak yang bisa dilakukan dalam 48 jam. Hormati keinginan pemilih. Kekuatan pemerintah sayap kanan dapat dibentuk,” ujarnya pada Senin (27/5) kepada Reuters.
Konflik terjadi ketika Netanyahu diduga tersangkut kasus korupsi. Kemudian, ia menghambat perjanjian kerja sama dengan Kelompok Yahudi Sayap Kanan. Perdana Menteri Israel ini membantah melakukan kesalahan.
Netanyahu menentang upaya jaksa agung yang mendakwanya atas tuduhan penyuapan saat sidang pada Oktober 2019. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pun memberikan dukungan agar kasus di Israel teratasi.
Seperti diketahui, penghitungan suara pemilu parlemen menempatkan partai sayap kanan, termasuk Partai Likud unggul 65 hingga 67 kursi. Namun, setelahnya muncul perselisihan internal koalisi partai sayap kanan.