Pyongyang, Gatra.com - Saudara tiri Kim Jong Un yang terasing ternyata adalah seorang informan untuk Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (AS) sebelum pembunuhannya pada tahun 2017. Hal ini diungkap dari sebuah biografi baru pemimpin Korea Utara.
Menurut jurnalis Anna Fifield dalm buku "The Great Successor", Kim Jong Nam bertemu dengan agen CIA-nya di Asia Tenggara sebelum ia diracun pada tahun 2017 di Malaysia.
"Kim Jong Nam menjadi informan bagi CIA, sebuah agensi dari Amerika Serikat dengan track record sebagai lembaga yang berusaha menjatuhkan diktator yang tidak disukainya," tulis Anna dikutip dari AFP, Rabu (12/6).
Hidup di pengasingan, Kim Jong Nam mungkin telah bertemu dengan petugas dari agen mata-mata AS sesaat sebelum dia dibunuh, dan itu diduga atas perintah Kim Jong Un, yang melihat Jong Nam sebagai saudara lebih tua, sebagai saingan untuk kekuasaan, menurut Fifield.
"Saudaranya akan mempertimbangkan berbicara dengan mata-mata Amerika sebagai tindakan berbahaya," tulis Fifield, yang telah melaporkan berita tentang Korea Utara selama bertahun-tahun sebagai koresponden Washington Post.
Tepat sebelum kematiannya di bandara Kuala Lumpur, ia menulis, "rekaman kamera keamanan menunjukkan kepadanya, di sebuah lift hotel dengan seorang pria berwajah Asia yang dilaporkan menjadi agen intelijen Amerika."
Sementara The Wall Street Journal melaporkan secara terpisah bahwa diberitahu oleh sumber yang tidak dikenal yang mengetahui tentang hubungan antara Kim dan CIA. Mengutip mantan pejabat AS, The Journal mengatakan Kim "hampir pasti berhubungan dengan layanan keamanan negara-negara lain, terutama Cina."
Kim Jong Nam meninggal setelah wajahnya diolesi obat terlarang di Bandara Internasional Kuala Lumpur pada 13 Februari 2017 dalam pembunuhan gaya Perang Dingin yang mengejutkan dunia. Dua wanita muda, satu Vietnam dan satu Indonesia, ditangkap dan didakwa dengan pembunuhan itu. Jaksa penuntut Malaysia akhirnya membatalkan tuduhan pembunuhan terhadap mereka awal tahun ini, dan keduanya dibebaskan.