Banjarnegara, Gatra.com – Dieng Culture Festival 2019 bakal digelar 2-4 Agustus 2019. Ada kemungkinan, suhu beku dan embun es bakal mewarnai agenda pariwisata nasional tahunan yang berpusat di kompleks Candi Arjuna, Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara, ini.
Bagi warga Dieng, suhu dini hari hingga pagi hari yang mencapai minus derajat itu sudah biasa. Namun, ini akan menjadi masalah bagi pengunjung yang berasal dari wilayah-wilayah hangat dan panas.
Ketua Pokdarwis Pandawa Dieng Kulon, Alif Fauzi, mengatakan, puncak kemunculan embun es ini lazimnya terjadi pada akhir Juli-Agustus dan awal September. Karena itu, kemungkinan besar pada tahun ini, Dieng Culture Festival bakal berselimut salju.
Untuk mengantisipasi suhu dingin, kata dia, panitia mempersiapkan penghangat tradisional, yakni anglo. Anglo adalah tungku tradisional multifungsi. Selain berfungsi sebagai penghangat, di anglo ini, pengunjung bisa membakar jagung atau kentang. Anglo dibikin dengan bentuk yang simpel sehingga mudah dipindah-pindah meskipun api sedang menyala. Anglo berbahan bakar arang kayu atau kayu bakar.
“Ada kemungkinan suhu minus dan mungkin juga akan ada embun es,” katanya, Rabu (26/6).
Selain anglo, panitia juga menyediakan drum bekas yang diisi dengan kayu bakar. Drum bekas itu disebar merata di camping ground, sebelah kompleks Candi Arjuna Dieng. Pengunjung yang terbiasa berada di daerah hangat harapannya tak terlampau dicekam hawa dingin membeku.
“Cukup efektif kalau dekat dengan anglo atau drum bakar. Agak jauh sedikit sudah terasa dingin lagi. Tapi cukup membantu,” jelasnya.
Alief menyarankan kepada pengunjung yang hendak mengikuti Dieng Culture Festival untuk memastikan kondisi tubuh benar-benar fit. Pasalnya, suhu minus yang terjadi pada Juni ini kemungkinan besar bakal terulang pada periode Juli, Agustus dan September.
Selain itu, wisatawan juga perlu mempersiapkan baju hangat, jaket, kaus kaki, syal, sarung tangan, tutup kepala hingga sleeping bag atau kantong tidur. Sebab, suhu udara di dalam tenda tak bisa sehangat kamar penginapan.
Pengalaman sebelumnya, ada pengunjung yang tak siap dengan persiapan dan terserang hipotermia. hipotermia adalah keadaan pada saat tubuh tak bisa mempertahankan suhu tubuh tetap hangat.
“Terutama kondisi fisik harus fit. Karena di sini nanti tiga hari dan banyak kegiatan,” dia mengungkapkan.
Soal penginapan, sejak jauh-jauh hari panitia telah berkoordinasi dengan para pengelola penginapan di Dieng, baik yang masuk di Kabupaten Banjarnegara maupun Wonosobo. Semua penginapan sudah mulai membuka pesanan untuk para tamu.
Seperti biasanya, DCF 2019 bakal berpuncak pada ritual pemotongan rambut gembel atau rambut gimbal. Selain itu, ada pula gelaran musik yang pula telah menjadi ikon DCF, jazz atas awan.
Di luar itu, Dieng Culture Festival 2019 bakal menyuguhkan agenda yang tak kalah menarik. Di antaranya, Java Coffee festival, sky lantern festival (pesta lampion), sarasehan budaya, festival artistik dan sejumlah menu acara lainnya.
“Agenda juga bisa dilihat di akun medsos kami, ada Instagram, Facebook, Twitter dan lain-lain,” ujarnya.
Alif mengemukakan, meski tahun lalu dihadiri oleh lebih dari 160 ribu pengunjung, Dieng Culture Festival 2019 tidak menarget muluk-muluk. Panitia hanya menarget kunjungan 100 ribu orang.