Moskow, Gatra.com - Lima insinyur nuklir Rusia yang tewas pada Kamis pekan lalu akibat ledakan ketika mereka menguji mesin roket baru kini menjalani proses pemakaman. Ribuan orang menghadiri upacara pemakaman tersebut di Kota Sarov pada Senin (12/8) kemarin.
Peti mati dipajang di alun-alun utama di Sarov sebelum korban dibawa ke pemakaman. Bendera-bendera dikibarkan di kota yang jaraknya 370 kilometer dari timur Moskow yang kini menjadi pangkalan untuk program senjata nuklir Rusia sejak akhir 1940-an.
Kematian lima ahli mesin tersebut juga memicu ketakutan radiasi di wilayah tersebut dan menimbulkan pertanyaan soal program senjata rahasia Rusia.
Pasca ledakan otoritas berwenang Rusia juga menutup sebagian Teluk Dvina di Laut Putih sebagai upaya untuk mencegah orang luar melihat operasi pembersihan puing-puing rudal.
Perusahaan nuklir Rosatom yang berada di bawah wewenang negara untuk menguji senjata tersebut mengatakan akhir pekan lalu bahwa ledakan itu juga menewaskan lima pekerja dan melukai tiga orang ainnya. Rosatom tidak merilis berapa jumlah korban akhirnya.
Kelompok aktivis lingkungan di Rusia terus mendesak pemerintah segera merilis rincian kebocoran radioaktif, tetapi para pejabat menolak berkomentar lebih lanjut terkait ledakan tersebut.
Dilansir AP News, baik Kementerian Pertahanan maupun Rosatom tidak menyebutkan jenis roket yang meledak selama pengujian, hanya mengatakan bahwa roket itu memiliki propelan cair.
Kementerian Pertahanan bersikeras bahwa tidak ada efek radiasi akibat ledakan tersebut, klaim yang sama pernah dilakukan di era Soviet untuk menutupi bencana semacam ini. Warga yang sudah ketakutan bergegas membeli iodida yang diyakini membantu menangkal kerusakan akibat paparan radiasi.
Namun penyebutan Rosatom tentang sumber daya "isotop nuklir" membuat beberapa media Rusia menyimpulkan bahwa isotop itu adalah Burevestnik, rudal jelajah bertenaga nuklir yang disebut-sebut oleh Presiden Rusia Vladimir Putin selama pidato kenegaraannya pada Maret 2018.
Direktur Rosatom, Alexei Likhachev memuji para korban sebagai pahlawan sejati dan kebanggaan Rusia.
"Pekerjaan kami selanjutnya pada senjata baru ini pasti akan kami selesaikan turut menjadi penghargaan terbaik bagi mereka. Kami akan memenuhi perintah Ibu Pertiwi dan sepenuhnya melindungi keamanan [negara]," kata Likhachev selama pemakaman.