Gunungkidul, Gatra.com -Rofitasari Rahayu, 22 tahun, hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 3 sekolah dasar di Sekolah Luar Biasa Bintaran, Kota Yogyakarta. Namun penyandang disabilitas ini mampu berkreasi dan membuat karya-karya kerajinan.
Salah satu karya uniknya adalah yakni wayang sodo atau wayang lidi yang kini telah menyuplai sejumlah toko suvenir. Hasil penjualan karyanya itu bahkan mampu meringankan ekonomi keluarganya di Dusun Grogol V, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul.
Ayu, panggilan akrab perempuan ini, sedang duduk di lantai beralas tikar di ruang utama rumahnya pada Kamis (15/8). Ditemani oleh ibunya, Ngadinem, 46 tahun, ia tampak berkonsentrasi mengerjakan pembuatan wayang sodo.
Kedua tangannya lincah merakit wayang dari lidi-lidi. Hanya dibantu dengan gunting dan tang, Ayu mampu menyelesaikan pembuatan wayang seukuran 15 centimeter. "Anaknya tuna rungu dan tuna wicara," kata Ngadinem tentang anak pertamanya itu.
Baca Juga: Siswa Disabilitas Alami Hambatan di PPDB DIY
Setelah tak bersekolah, Ayu kerap hanya menonton televisi di rumah. "Ke masjid juga untuk ngaji dan berjemaah ibadah. Kalau sosialisasi kurang karena komunikasinya sulit. Hanya melalui gerakan bibir," katanya.
Sekitar dua tahun lalu, Ayu melihat tetangganya sedang membuat wayang kulit. Selepas itu, ia mencoba membuatnya sendiri di rumah. Ayu pun coba membuat wayang dengan bahan dasar kardus.
Ia awalnya menggambar sketsa wayang. Setelah rapi, sketa kemudian dipotong. Tak dikira, hasil karya pertamanya ini cukup bagus dan diapresiasi oleh seorang tetangganya dari sebuah yayasan di desa. "Di yayasan itu Ayu diajari membuat wayang sodo sekitar setengah tahun," kata Ngadinem.
Ayu kemudian rutin mengerjakan pembuatan wayang sodo berbahan lidi. Setiap hari dia membuat 4-5 wayang sodo. "Baru sekitar tiga bulan terakhir ini, ada pesananan permintaan wayang sodo dari toko suvenir di Kabupaten Bantul," kata Ngadinem.
Wayang sodo hasil karya Ayu dijual bervariasi tergantung ukurannya. Wayang paling kecil Rp50 ribu dan terbesar sekitar 30 centimeter seharga Rp100 ribu. Hasil itu sangat disyukuri karena dapat membantu ekonomi keluarga. "Ayah Ayu sudah lama pergi. Jadi Alhamdulillah, bisa buat tambah-tambah pemasukan," kata ibu dua anak ini.
Selain membuat wayang sodo, Ayu juga menggambar dan melukis. Sejumlah lukisannya dipajang di dinding rumahnya. Ada gambar Kapolda DIY Irjen Pol Ahmad Dofiri, lukisan penari, pemandangan alam, hingga Candi Prambanan.
"Belum pernah diajak ke Candi Prambanan. Hanya lihat lewat foto. Menggambar Pak Kapolda juga begitu. Hanya melihat lewat foto, kemudian digambar," kata Ngadinem.
Bibi Ayu, Ngadinah, 42 tahun, mengatakan, Ayu anak mandiri dan jarang merepotkan ibunya. "Ayu belum pernah piknik. Jadi kalau inspirasi menggambar ya hanya dari foto," ucapnya.