Bantul, Gatra.com - Seniman lintas bangsa di Asia berkolaborasi mempersembahkan pertunjukan dari epos klasik Mahabharata dengan gaya baru. Karya yang telah ditampilkan di berbagai negara dan puncaknya dipentaskan jelang Olimpiade Tokyo 2020 ini berangkat dari upaya menampilkan kebangkitan Asia di dunia.
Di Indonesia, pentas bertajuk “Jembatan Tak Berujung – Mahabharata 1.5” itu digelar di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, pada 22 – 23 Agustus 2019. Pertunjukan ini ditampilkan oleh 11 aktor yakni empat seniman Indonesia, tiga aktor Jepang, dua dari India, juga dari Malaysia dan Thailand.
Proses latihan 'Mahabharata 1.5' dimulai sejak 2 Juli. Pada Kamis (15/8), Gatra.com menyaksikan latihannya di Padepokan Seni Bagong Kussudiardjo, Bantul, . Pentas ini tampil dengan sembilan bahasa, yakni bahasa para pemain, plus sejumlah dialek lokal India, bahasa Inggris, dan bahasa Jawa.
'Mahabharata 1.5' memadukan gaya teater, tarian, dan musik kontemporer. Penampil memainkan sejumlah peran dnegan memanfaatkan kostum dan topeng yang sekaligus dijadikan ornamen panggung. Pentas makin menarik dengan memanfaatkan efek khusus, seperti penggunaan sling untuk adegan terbang.
Baca Juga: Menyaksikan Aksi Manusia Sarung
Sesuai kisah aslinya, ‘Mahabharata 1.5’ kental unsur tragedi. Namun karya ini terlihat menghibur karena menyisipkan adegan jenaka dan humor serta diiringi musik dinamis seperti rap, hip-hop, bahkan dangdut.
Kreator ‘Mahabharata 1.5’, Hiroshi Koike, memulai pertunjukan Mahabharata pada 2013 di Kamboja dan Vietnam. Pada 2016, bagian ketiga dari empat bagian proyek awal itu dipentaskan di Yogyakarta. Total ada 19 kota Asia disinggahi pentas ini.
Pentas di Yogyakarta kali ini bagian dari poyek Hiroshi selanjutnya dengan menggabungkan dua bagian awal proyek. Paruh akhir kisah perseteruan keluarga Pandawa dan Kurawa ini ini bakal ditampilkan jelang Olimpiade Tokyo, tahun depan. Versi lengkap karya Hiroshi itu akan dipanggungkan dengan durasi enam jam dan tampil di beberapa negara.
“Mababharata 1.5 yang ditampilkan di Yogyakarta ini bercerita sejak dewa-dewa turun ke bumi dan manusia diciptakan, bagaimana mereka berubah hingga nanti akhirnya terjadi perang dan semua mati. Pentas ini mengekspresikan proses itu,” ujar Hiroshi saat jumpa pers usai latihan.
Penulis dan koreografer Jepang ini menyiapkan pertunjukan Mahabharata bertolak dari gagasannya menampilkan kebangkitan Asia melalui suatu karya yang menyatukan bangsa-bangsa di Asia. Gagasan itu tak lepas dari refleksi Hiroshi atas sejumlah bencana di negeri asalnya pada 2011, seperti gempa, tusnami, dan ledakan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima.
Baca Juga: Artis Milenial Indonesia-Malaysia Berkolaborasi di Bantul
Sejak menggagas pertunjukan kolaboratif Mahabharata ini, Hiroshi mengubah orientasi karyanya agar bisa lebih dinikmati publik secara luas. “Situasi dunia saat ini mirip dengan di Mahabharata. Dari hal-hal kecil bisa terjadi perang. Tapi pertunjukan ini juga banyak hiburannya dan bisa dinikmati anak-anak,” ujar Hiroshi.
Produser pelaksana 'Mahabharata 1.5' Kusworo Bayu Aji menjelaskan seniman Yogyakarta terlibat dalam penggarapan artistik, musik, dan kostum ‘Mahabharata 1.5’. Setelah mengevaluasi pertunjukan pada 2016, ada masukan untuk menampilkan pentas lebih greget dan menghibur supaya penonton tak bosan selama tiga jam durasi pentas termasuk istirahat.
“Hiroshi memilih menampilkan ‘Mahabharata 1.5 di sini karena Indonesia, khususnya Yogyakarta, punya latar belakang budaya yang kuat tapi mudah bertemu dengan kultur lain,” kata Aji.