Washington,D.C, Gatra.com- Uji rudal diluncurkan pada Minggu (18/8) di lepas Pantai California. Padahal ini melanggar penjanjian antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia selama lebih dari 30 tahun.
Dilansir dari AP News, Selasa (20/8), beberapa analis mengatakan, peluncuran senjata rudal terlarang ini merupakan langkah AS dan Rusia untuk memulai kembali kompetisi bersenjata. Selain itu, ini meningkatkan ketegangan antarnegara.
Rudal itu diluncurkan dari Pulau San Nicolas dan akan terbang secara akurat, lebih dari 500 kilometer. Kemungkinan menjangkau sekitar 1.000 kilometer. Selanjutnya, siap ditempatkan selama 18 bulan mendatang.
Saat ini, pihak Pentagon menguji peluncuran rudal Angkatan Laut Tomahawk yang sudah dimodifikasi. Akan terdapat alat ledak konvensional di dalamnya.
Sebenarnya, rudal jenis itu melanggar Perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF) tahun 1987 antara AS dan Rusia, yang melarang semua jenis rudal dengan jarak antara 500 kilometer dan 5.500 kilometer. Namun, AS dan Rusia telah menarik diri dari perjanjian pada 2 Agustus silam. AS maupun Rusia, saling menyalahkan terkait siapa yang melanggar perjanjian tersebut.
Selain jenis rudal Tomahawk, Pentagon mengatakan, mereka akan memulai pengujian senjata yang lain, yaitu rudal balistik dengan jangkauan sekitar 3.000 dan 4.000 kilometer. Direncanakan uji coba pada akhir tahun mendatang.
Menteri Pertahanan AS, Mark Esper justru menegaskan, Pentagon harus mengembangkan dan mengerahkan lebih cepat rudal-rudal INF tersebut. Dia juga membantah, uji coba senjata ini memicu AS dan Rusia untuk saling berlomba mengenai senjata mutakhir.