Jakarta, Gatra.com - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menilai penting untuk menyelenggarakan focus group discussion (FGD) tentang manajemen krisis dunia siber. Dari acara tersebut BSSN berharap mendapatkan masukan yang komprehensif mengenai hal tersebut dari kalangan akademisi dan praktisi teknologi kemanan informasi.
Kepala BSSN, Hinsa Siburian, mengatakan bahwa perkembangan serangan siber secara bertahap dapat membahayakan keamanan siber negara. Karena itu, negara perlu hadir untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi krisis siber. "Kegiatan FGD ini dimaksudkan untuk mendapatkan masukan dari berbagai praktisi teknologi kemanan informasi," katanya.
Menurut Hinsa, ketergantungan masyarakat dan negara terhadap teknologi semakin tinggi, sehingga harus dijaga keberlangsungan operasionalnya. "Serangan siber ini sudah berkembang sampai ke tahap mampu melumpuhkan siber nasional. Untuk itu, negara harus hadir untuk mengantisipasi dan siap bahu-membahu bersama seluruh rakyat Indonesia dalam menghadapi krisis siber."
Untuk menghadapi serangan siber, harus ada protokol krisis, koordinator, SDM yang kompeten, teknologi tepat guna, dan political will. Hinsa mengatakan, sudah menjadi tugas BSSN untuk menjadi koordinator komando utama dalam kondisi krisis siber. Ia mengharapkan, FGD dapat ber-output pada kebijakan manajemen krisis siber.
"Semoga FGD ini dapat menghasilkan naskah akademik tentang krisis siber dan konsep rancangan peraturan BSSN tentang manajemen krisis siber yang unggul dan komprehensif sehingga dapat menjadi tonggak kekuatan BSSN dalam mengawal kedaulatan siber kelas dunia," kata Hinsa.