Banjarnegara, Gatra.com – Komunitas Cagar Budaya Banjarnegara (KCB) menilai temuan material candi dan situs kuno dalam pembanguan rest area Dieng, Jawa Tengah berpotensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata berskala internasional.
Pembina Komunitas Cagar Budaya (KCB) Banjarnegara, Heni Purwono mengatakan temuan candi, di luar candi-candi di kompleks Dieng bakal membuat Dieng tidak hanya dikenal di level nasional, tetapi juga di dunia internasional. Candi sebagai warisan budaya bakal memperkuat ikon Dieng sebagai destinasi wisata alam sekaligus warisan budaya dunia.
“Ini adalah warisan budaya dunia. Ada 400 candi dan situs di Dieng,” ucapnya.
Dia menjelaskan, dalam bukunya, The History of Java, Thomas Stamford Raffles melaporkan bahwa terdapat sekitar 400 candi di Dieng pada tahun 1815 Masehi. Namun, kemudian candi-candi tersebut hancur dan hilang.
Menurut dia, temuan material candi baru-baru ini bisa menjadi awal eskavasi skala besar untuk merestorasi, atau setidaknya menyelamatkan material yang tersisa dari candi-candi tersebut.
Masih dalam laporannya, kata Heni, Raffles menyatakan di area Dieng, ia menemukan arca, patung, relief dan batuan penyusun candi yang berserakan. Sebagian masih utuh, lainnya telah rusak. "Ada kemungkinan pada masa sebelum itu, Dieng itu seperti Bali,” ungkapnya.
Lantaran potensi yang besar itu, ia mendorong agar pemerintah berupaya untuk menyelamatkan candi-candi yang tersisa dan membuka peluang eskavasi untuk candi-candi yang sebelumnya telah tercatat, namun hilang.
Desakan itu lebih kuat ketika ditemukan batuan diduga material candi Prau dan Situs Watu Kelir saat pembangunan Rest Area Dieng baru-baru ini. Karenanya, ia mendesak agar pemerintah menghentikan pembangunan ini untuk memberi waktu agar Balai Arkelologi dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) meneliti keberadaan material ini.
“Kalau memang itu lokasinya, maka rest area bisa dipindah ke lokasi lainnya. Kalau bukan lokasinya, ya silahkan dilanjutkan,” ucapnya.
Penelitian lanjutan itu dilakukan untuk membuka kemungkinan eskavasi dalam skala besar. Bahkan, ada kemungkinan eskavasi meluas hingga permukiman penduduk.
“Dalam laporan Thomas Stamford Raffles, potret candi Prau dalam laporan itu masih berdiri utuh dengan kemuncaknya yang ditumbuhi tanaman liar,” terangnya.
Namun begitu, dia pun mengakui, eskavasi bukan perkara mudah. Sebab, kebijakan itu bisa menuai pro kontra. Masyarakat Dieng bisa jadi akan khawatir dengan proses eskavasi yang bisa jadi bakal mengancam keberadaan perumahan maupun homestay mereka. Pasalnya, tempat ditemukannya benda purbakala ini berdekatan dengan permukiman.
Ada kemungkinan, peninggalan purbakala tersebut juga terpendam di bangunan milik masyarakat. Dia memperkirakan bakal ada pihak yang kontra dengan eskavasi atau restorasi candi dan situs kuno ini.
Tetapi, ia berharap agar masyarakat Dieng menyadari bahwa bisa jadi, di bawah rumah mereka terbenam saksi perdaban kuno yang begitu dahsyat. Perlu kearifan semua pihak agar eskavasi, restorasi dan penyelamatan situ kuno tanpa hambatan.
"Tetapi kami harap semua pihak menyadari dan mengutamakan kelestarian cagar budaya,” dia berharap.
Reporter: Ridlo Susanto
Editor: Bernadetta Febriana