Banjarnegara, Gatra.com - Komunitas Cagar Budaya (KCB) Banjarnegara mengembangkan aplikasi Nisan Virtual History untuk mengganti batu nisan yang terbuat dari batuan candi kuno di Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara.
Pegiat KCB Banjarnegara, Heni Purwono mengatakan, langkah ini dilakukan untuk menyelamatkan batuan atau material candi kuno yang banyak digunakan masyarakat untuk batu nisan. Nisan yang terbuat dari material candi akan ditukar dengan nisan virtual history. Selanjutnya, material candi dievakuasi dan disimpan di tempat aman untuk keperluan pelestarian.
“Ya itu salah satu program kita untuk menyelamatkan batuan candi yang digunakan untuk batu nisan di pemakaman,” katanya, di Banjarnegara, Kamis (3/10).
Dia menjelaskan, nisan virtual histroy diterapkan dengan sistem QR Code, dengan nisan yang terbuat dari granit, keramik, atau mika. Jika dipindai, sejarah jenazah orang yang dimakamkan akan yang bisa terbaca lewat website yang dikembangkan komunitas KCB.
“Nah, dengan orang sekarang yang memiliki gadget, tinggal discan saja, nanti ia akan menuju nama atau profil nama orang yang meninggal tersebut,” ujarnya.
Menurut dia, di kawasan Dieng, Banjarnegara, Wonosobo hingga Kedu, banyak pemakaman yang menggunakan material candi kuno. Material candi itu terancam lenyap jika tidak segera diselamatkan. Nisan Virtual Histroy, adalah upaya untuk menyelamatkan material candi, dengan menggantinya dengan nisan modern.
“Tentu untuk penyalamatan artefak kuno bersejarah ini perlu dukungan pihak lain, terutama pemerintah,” ucapnya.
Dia mengatakan, saat ini nisan virtual history sudah diterapkan di makam salah satu tokoh nasional di Banjarnegara, Sumitro Kolopaking. Sejarah Sumitro semasa hidupnya bisa dipindai di nisan dengan ponsel.
Ia mengaku, langkah ini bisa dilakukan untuk pemakaman umum, terutama untuk penyelamatan material candi yang digunakan sebagai batu nisan dan pagar keliling makam.
“Metode nisan virtual history juga bisa diterapkan untuk situs-situs bersejarah atau cagar budaya lainnya. Dengan pemasangan QR Code, maka sejarah mengenai situs tersebut bisa diketahui,” ucapnya.
Diketahui, ratusan kemuncak (puncak) candi kuno digunakan untuk batu nisan di pemakaman umum RT 3/3 Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.
Temuan ini dilaporkan oleh pegiat, Sudirun yang mendatangi lokasi. Sudirun menemukan ratusan kemuncak dan material lain pembentuk candi digunakan sebagai batu nisan makam warga setempat.
Dari penelusurannya, batuan candi juga banyak digunakan untuk menguruk jalan dan bahkan pondasi rumah penduduk. lagi batuan candi yang telah raib atau dipakai untuk membangun rumah warga ataupun makam.
"Kemuncak candi banyak sekali saya temukan. Satu makam bisa memakai 10 sampai 20 batuan candi. Artinya pada masa itu tentu jumlah candi di Dieng sangat banyak,” kata Sudirun.