Konawe Selatan, Gatra.com - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan, peran penting komoditi pertanian khususnya perkebunan, terhadap perekonomian nasional. Pasalnya, selama ini ekspor perkebunan menyumbang devisa negara, salah satu yang terbesar dari produk perkebunan, baik yang masih berupa bahan baku maupun produk olahan. Selain itu, sebagai sumber mata pencaharian utama bagi petani dan penyedia lapangan pekerjaan di sektor hulu hingga hilir.
"Para gubernur, bupati, Kapolda, Pangdam tolong bantu pertanian karena dibutuhkan kekuatan khusus untuk menangani komoditas perkebunan. Lembaga riset juga harus kita optimalkan. Saya mau di setiap provinsi ada percontohan pengembangan kawasan pertanian dari hulu ke hilir," kata Syahrul dalam sambutan sekaligus membuka Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-39 yang dihelat di Puudambu, Kecamatan Angantan, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Sabtu (2/11).
Terlebih, kata Syahrul, Kementan memiliki lembaga riset di setiap provinsi. Ia mengingkan pemerintah daerah dan perguruan tinggi bekerja sama melalukan riset dan mengembangkan inovasi pertanian, agar memberikan nilai tambah dan kemajuan pertanian serta dapat menyejahterakan petani.
Di sisi lain, Syahrul menegaskan pentingnya menjunjung tinggi pada tradisi dan nilai-nilai luhur dalam proses pembangunan pertanian. Sebab, pertanian Indonesia selama ini telah memiliki tradisi dan nilai-nilai luhur yang lekat dengan alam yang harus dilestarikan.
"Karena itu, kita menggunakan teknologi pertanian yang modern, seperti mekanisasi tapi tidak meninggalkan nilai kearifan lokal," ujarnya.
Oleh karena itu, mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini berharap agar pelaksanaan HPS tahun 2019 ini dapat menumbuhkan kesadaran seluruh lapisan masyarakat terhadap potensi sumberdaya alam serta tantangan dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Selain itu, ia mengingatkan, agar ajang HPS juga dapat dimanfaatkan untuk mendorong dan menjaring investasi pertanian di dalam dan luar negeri.
Senada dengan Mentan, Gubernur Sulawesi tenggara, Ali Mazi menyatakan, Peringatan HPS ke 39 ini harus dapat memperkuat kerja sama dan membangun koordinasi fungsional dengan melibatkan seluruh komponen pemerintah dan elemen masyarakat untuk menjaga kedaulatan pangan. Dengan demikian, semua pihak dapat berpartisipasi aktif dalam membangun kemandirian dan ketahanan pangan di tengah ancaman krisis pangan dunia.
"Potensi pangan di Sulawesi Tenggara menjadi modal penting untuk memajukan daerah dan sekaligus memberikan kontribusi pangan secara nasional. Untuk itu, kami sangat membutuhkan dukungan dari Kementan dan kementerian terkait agar menempatkan program-program strategis nasional sehingga dapat memberikan nilai tambah dan meningkat perekonomian masyarakat," ujarnya.
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal FAO, Stephen Rudgard, mengapresiasi semangat pemerintah Indonesia melalui Kementan telah mengetahui langkah-langkah yang harus diambil untuk meningkatkan mata pencaharian petani kecil. Selain itu, langkah untuk memperkuat ketahanan mereka terhadap guncangan atau bencana dan perbaikan akses terhadap kredit usaha pertanian akan mendorong kaum muda untuk tetap bertani.
"Perserikatan Bangsa-Bangsa meluncurkan Dekade Pertanian Keluarga pada Mei 2019, dan Indonesia telah menerima ajakan untuk bertindak terkait hal ini. Saya sangat senang melihat komitmen Bapak Menteri terhadap rencana nasional untuk memberdayakan keluarga petani guna menghadapi tantangan di masa depan," katnya.