Washington D.C., Gatra.com - Kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) telah berlayar di dekat pulau-pulau yang diklaim oleh Cina di Laut Cina Selatan. Sementara pihak Cina menegaskan agar AS untuk menyingkir dari wilayah-wilayah tersebut.
Seperti dikutip Reuters, Jumat (22/11), belakangan jalur laut menjadi sibuk di tengah-tengah ketegangan antar kedua negara itu yang meliputi perang dagang, sanksi AS, Hong Kong, dan Taiwan.
Baca Juga: Cina Meminta AS Menghentikan Konflik di Laut Cina Selatan
Awal pekan ini, Cina meminta militer AS untuk berhenti bertengger dan memantau di Laut Cina Selatan sehingga mempekeruh suasana terkait permasalahan atas Taiwan. Cina mengklaim bahwa Taiwan merupakan provinsi yang patuh.
Angkatan Laut AS menjengkelkan pemerintah Cina dengan melakukan apa yang mereka sebut sebagai operasi "kebebasan navigasi" oleh kapal-kapal yang dekat dengan beberapa pulau yang diduduki Cina, yang menyatakan kebebasan akses ke saluran air internasional.
"Misi-misi ini didasarkan pada supremasi hukum dan menunjukkan komitmen kami untuk menegakkan hak, kebebasan, dan penggunaan laut dan wilayah udara yang dijamin secara hukum untuk semua negara," kata juru bicara Armada Ketujuh Angkatan Laut AS, Komandan Reann Mommsen.
Baca Juga: Cina Sebut Calon Presiden Taiwan Mencari 'Bencana'
Cina mengklaim bahwa hampir semua perairan di Laut Cina Selatan adalah wilayahnya. Cina bahkan mendirikan pos-pos militer di pulau-pulau buatan. Namun, hal itu ditepis oleh negara-negara di wilaya Asia Tenggara seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam yang juga memiliki klaim atas sebagian laut di wilayah tersebut.
Amerika Serikat menuduh Cina melakukan militerisasi Laut Cina Selatan dan berusaha mengintimidasi negara-negara tetangga di Asia, yang diklaim Cina ingin mengeksploitasi cadangan minyak dan gas di wilayah tersebut.
Menteri Pertahanan AS, Mark Esper bertemu dengan Menteri Pertahanan Cina, Wei Fenghe awal pekan ini untuk melakukan pembicaraan tertutup di sela-sela pertemuan para menteri pertahanan di Bangkok. Esper menuding Cina bahwa mereka telah semakin menggunakan paksaan dan intimidasi untuk memajukan tujuan strategisnya di wilayah tersebut.