Jakarta, Gatra.com - Anggota Komisi I DPR, Fadli Zon mengomentari kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memasukkan tujuh nama millenial sebagai staf khusus (Stafsus) Presiden. Fadli menyebut, Jokowi inkonsisten dengan kebijakannya sendiri, mengingat pemerintah ingin merampingkan kabinet. "Ya itulah pak Jokowi memang konsisten dengan inkonsistensinya. Apa yang diomongkan kadang-kadang beda dengan yang dilakukan," kata Fadli saat ditemui di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Jakarta Pusat, Sabtu (23/11).
Fadli menyinggung, para stafsus itu hanya sebagai "pajangan" Istana. Ia menyebut pekerja pemerintah harusnya dilihat dari kinerja atau kapabilitasnya. "Cuma lipstik aja, pajangan ajalah itu. Kita mau melihat kinerja orang pada kapasitas kapabilitas, tidak melihat umur, harusnya. Best of the best. Cari orang yang punya kapasitas, kapabilitas, integeritas dan tepat. Atau right man atau right woman in the right place," tandasnya.
Sebelumnya, Jokowi memperkenalkan ketujuh stafsusnya di teras Istana Merdeka pada Kamis (21/11). Adapun ketujuh stafsus dari kalangan milenial itu ialah Putri Indahsari Tanjung (CEO dan Founder Creativepreneur), Adamas Belva Syah Devara (Pendiri Ruang Guru), dan Ayu Kartika Dewi (Perumus Gerakan Sabang Merauke).
Kemudian, Angkie Yudistia (Pendiri Thisable Enterprise, difabel tunarungu), Gracia Billy Yosaphat Membrasar (CEO Kitong Bisa, peraih beasiswa kuliah di Oxford), dan Aminuddin Ma'ruf (mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) dan Andri Taufan Garuda Putra (Pendiri Lembaga Keuangan Amartha).