Kupang, Gatra.com - Sekertaris Jenderal Dewan Jagung Nasional, Maxdeyul Sola mengimbau, seluruh stakeholder dari pemerintah, masyarakat, dan non-governmental organization (NGO) harus bahu membahu mengampanyekan gerakan makan jagung. Hal ini agar membuat petani semakin rajin menanam jagung.
"Provinsi NTT dikenal dengan produk jagung dan sapi. Meski NTT memiliki musim penghujan yang kecil. Namun, tidak menjadikan produk jagung petani terganggu. Oleh karena itu harus menggelorakan makan jagung," katanya di hadapan kelompok tani dan para penyuluh pertanian se-Kabupaten Kupang di Aula kantor Dinas Pertanian Kabupaten Kupang, Rabu (27/11).
Ia mengatakan, meski secara nasional tingkat produsen jagung NTT berada pada peringkat ke-11 atau 3%, diharapkan tidak menjadi penghambat untuk memproduksi dan mengonsumsi jagung.
"Seputar produksi jagung, NTT memang berada di peringkat ke-11. Untuk itu, perlu dikembangkan penanaman jagung. Hal ini mengingat sebagian besar lahan pertanian NTT ini sangat cocok untuk ditanami jagung. Oleh karena itu, kami meminta para penyuluh pertanian agar terus mendampingi para petani menanam jagung, dengan pola pertanian yang baik," ujar Maxdeyul Sola.
Lebih lanjut, ia mengatakan, penanaman jagung harus dilakukan secara masal dan melibatkan tiga aspek yaitu pemerintah, pebisnis dan social society. Di dalam social society ada tokoh agama, petani dan tokoh masyarakat dan dunia perbankan. Menurutnya, ini sudah dilakukan provinsi lain di Indonesia.
"NTT harus belajar dari daerah lain seperti NTB dan Gorontalo. Saat ini, kedua Provinsi ini merupakan penghasil jagung terbesar di wilayah Timur Indonesia," ujar Maxdeyul.
Ia mengatakan, gerakan massal menanam jagung membutuhkan peran penyuluh pertanian bersama kelompok tani. Hal ini juga memanfaatkan ribuan hektare lahan tidur.
"Saya juga harapkan, selain lahan pertanian milik masyarakat petani, juga perlu menggarap lahan tidur yang ada untuk menanam jagung. Ini agar NTT juga harus memiliki branding jagung, sehingga kita menyebut NTT. Akan langsung terbayang branding yang melekat tersebut," ucapnya.
Ia berharap, adanya penanaman jagung skala besar di Provinsi NTT. "Ini harus menjadi [bagian] petani agar terus mengembangkan penanaman jagung secara besar-besaran. Jika ini dilaksanakan, maka dua tahun ke depan Presiden bisa dijadwalkan datang panen jagung di NTT," ucap Maxdeyul.
Ia mencontohkan beberapa negara besar seperti Brasil dan Meksiko sebagai penghasil jagung terbesar di dunia, secara topografi tidak berbeda dengan NTT.
"Brasil dan Meksiko topografi sama dengan NTT, kenapa mereka bisa NTT tidak bisa," tanya Maxdeyul.
Saat ini sebut Maxdeyul, sebagai penghasil jagung terbesar ada di Provinsi Jawa Timur mencapai angka 28%. Disusul Jawa Tengah sebesar 17%, Lampung 11% dan Gorontalo 4%. Sedangkan NTT ada di urutan ke-11 atau 3% untuk tingkat produsen jagung.
"Dengan dukungan dari kementrian Pertanian yakni Dirjen Peternakan dan Dirjen PSP, kami berharap agar para kepala desa memprogramkan embung. Ini untuk menyiasati agar para petani bisa dua kali menanam jagung dalam setahun," ujarnya.
Hadir dalam kegiatan penyuluhan tersebut yaitu semua kelompok tani dan para penyuluh pertanian se-Kabupaten Kupang.