Jakarta, Gatra.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai, perdagangan nilai tukar rupiah hari ini akan ditutup pada level di bawah Rp15.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Keyakinan itu, didasari oleh berita-berita positif yang beredar di pasar global.
Pertama, mengenai mulai dibukanya kegiatan ekonomi di sejumlah wilayah di AS dan Eropa. Selain itu pernyataan dari salah satu anggota Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed), yang mengatakan bahwa ekonomi AS akan membaik di semester II-2020, meskipun pada semester ini, ekonomi negara itu akan mengalami resesi.
"Pernyataan-pernyataan itu juga membawa faktor positif juga. Harga minyak yang kemudian meningkat. Itu adalah faktor-faktor positif," kata Perry, dalam media briefing, di Jakarta Rabu (6/5).
Sedangkan di dalam negeri, penguatan rupiah didasari oleh beberapa faktor. Seperti inflasi yang terjaga rendah di bawah 3 persen, defisit transasksi berjalan yang semula diperkirakan 2,5 sampai 3 persen PDB, diperkirakan hanya akan ada di level 1,5 persen PDB pada Triwulan I-2020.
Tidak hanya itu, perbedaan suku bunga antara dalam dan luar negeri juga masih sangat tinggi, yakni mencapai 7,5 persen.
"Itu menarik bagi investor asing untuk membeli SBN kita dan InsyaAllah, kalau masalah Covid ini relatif stabil, itu akan juga membawa inflow ke depan, dan mendukung nilai tukar rupiah," imbuh Perry.
Dengan faktor-faktor tersebut, Perry yakin, nilai tukar rupiah akan terus bergerak stabil dan menguat hingga pada level Rp15.000 di akhir tahun. Meski dalam jangka pendek, memang akan terus mengalami kenaikan dan penurunan.
Sementara itu, pada Senin (4/5), perdagangan rupiah ditutup pada level Rp15.050 per dolar AS. Sedangkan pada Selasa (5/5), rupiah kembali mengalami penguatan dan mencapai level Rp15.030 per dolar AS.
"Kemarin, karena ada berita-berita positif, mulai akan ada pembukaan sejumlah daerah di Amerika, pembukaan ekonominya," ujarnya.