Home Gaya Hidup Tiga Pusaka Abadi Tentara

Tiga Pusaka Abadi Tentara

Long Bagun, Gatra.com- Menjadi seorang tentara harus memegang teguh tiga "pusaka" yang tidak boleh dilupakan, dilepaskan dan tidak boleh ceroboh.

Ketiga pusaka itu yakni, Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan delapan Wajib Prajurit yang tidak boleh dilupakan ketika bertugas dimanapun.

Pengabdian tanpa kenal lelah kepada negara, bangsa dan masyarakat adalah perwujudan dari ketiga "pusaka" ini.

Hal tersebut ditegaskan oleh Mayjen TNI Heri Wiranto kepada pasukan komando taktis (Kotis) Long Bagun, Mahakam Ulu, Kalimantan Timur saat menandai berakhirnya kunjungan kerja perbatasan ke Sektor Barat.

Kotis Long Bagun merupakan komando taktis yang pendukung operasi bagi pos-pos penjagaan di perbatasan Indonesia-Malaysia.

Pernyataan tersebut ditegaskan oleh Heri Wiranto kepada pasukan Kotis yang berkekuatan 90 orang.

“Kalian hendaknya harus bekerjasama dengan masyarakat, menghormati mereka dan tidak membuat masalah bagi masyarakat. Jaga kehormatan bangsa dan negara karena pos penjagaan adalah wajah dari negara,” ujar Heri Wiranto, Minggu (7/3).

Kunjungan ke perbatasan selama dua hari berawal dari Balikpapan menuju Long Bagun dengan menempuh jarak 148,2 NM atau 274,466 Km dalam waktu 1 jam 40 menit.

Selain Mayjen TNI Heri Wiranto, rombongan kunjungan terdiri Danrem 092 / Maharajalila Brigjen. TNI Suratno, Asintel Kol Inf. Nyamin, Aslog Kol. Inf. Yasa Susana, Waasops Letkol Inf. Teguh Wiratama dan dua alumnus Lemhannas PPSA XXI AM Putut Prabantoro–Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) serta DR Caturida Meiwanto Doktoralina yang Dosen Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta.

Setiba di Long Bagun, Heri Wiranto dan rombongan disambut oleh Ketua Adat Dayak Kenyah Balan Tingai, Sekda Kabupaten Long Bagus Stephanus Madang dan para tokoh masyarakat setempat.

Pangdam VI/ Mulawarman Mayjen Heri Wiranto. (Ist)

Sambutan kehormatan kepada rombongan dilakukan dengan pengalungan perhiasan dan pemasangan gelang khas dayak.

Perjalanan Mayjen TNI Heri Wiranto dilanjutkan ke Pos Titik U 444 dengan rombongan terbatas dengan menempuh jarak 78,5 NM atau 145,382 km dalam waktu 55 menit.

Pos penjagaan ini hanya dapat dicapai dengan helikopter. Rombongan mendarat di helipad yang terbuat dari bantalan kayu. Helipad ini terletak persis pada sisi jurang tak berjarak.

Keahlian dan kemampuan pilot ketika mendaratkan helikopter di titik U444 sangat dibutuhkan. Kesalahan sekecil apapun dalam mendaratkan helikopter dapat mendatangkan bencana mengingat helipad berada di bibir jurang yang berada di ketinggian 2000 meter.

Mengingat kondisi yang sangat berbeda dengan pos perbatasan lainnya, kepada para pasukan penjaga Mayjen TNI Heri Wiranto berpesan bahwa yang paling utama adalah setiap pejaga harus bertanggung jawab pada dirinya yakni kesehatan dan harus pandai dalam mengisi kegiatan selama sembilan bulan bertugas.

Menurut Heri Wiranto, jika menderita sakit, evakuasi hanya bisa dilakukan dengan menggunakan helikopter yang dalam melaksanakan tugas sangat tergantung pada cuaca.

Heri Wiranto juga menjelaskan, meski ditingal selama sembilan bulan, keluarga menjadi tanggung jawabnya. Sehingga selaku Pangdam V / Mulawaman, Heri Wiranto akan melakukan komunikasi secara rutin dengan keluarga masing-masing.

Pada hari kedua, peninjauan perbatasan dilanjutkan ke Long Ampung (Long Apung), Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, yang berjarak 71 NM atau 131, 492 km dengan waktu tempuh 55 menit dari Long Bagun.

Berbeda dengan Titik U444 yang hanya dikelilingi oleh hutan lebat, Titik Pos Penjagaan Long Ampung berada di dekat masyarakat.

Kondisi pos penjagaan Long Ampung jauh lebih baik karena ada berbagai kegiatan yang dapat dilaksanakan bersama masyarakat.

Bahkan tentara penjaga dapat memproduksi tempe dan tahu sendiri untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri dan sebagian bisa dijual. Kepandaian ini juga ditularkan kepada masyarakat setempat.

“Kalian harus bersyukur mendapat tugas jaga di Long Ampuh ini. Long Ampuh jauh lebih baik dibanding dengan Titik U444 yang hanya dikelilingi ribuan ha hutan lebat, tidak ada akses ke titik itu, tidak ada masyarakat yang tinggal dan berada pada ketinggian 2000 meter. Di sini kalian bisa berhubungan dengan keluarga melalui HP, sementara di U 444 tidak ada sinyal sama sekali,” ujar Heri Wiranto.

Heri Wiranto juga menekankan arti penting bekerja bersama, tidak menyakiti hati rakyat dan sekaligus bersama-sama masyarakat menjaga kehormatan negara.

Masyarakat harus dibantu dalam melakukan kegiatan bersama agar terwujud kemanunggalan TNI dan Masyarakat.

Sementara dalam kunjungan kerja ke perbatasan tersebut, Mayjen TNI Heri Wiranto dan rombongan juga mengadakan silaturahmi dengan Bupati Kutai Barat, FX Yapan dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda).

Jarak tempuh Long Bagun ke Sendawar, Kutai Barat sejauh 56 NM atau 96,304 Km dengan waktu tempuh 45 menit.

Dalam pidato sambutannya, Heri Wiranto menegaskan berdasarkan UU No. 34 Tahun 2004, adalah kewajiban TNI untuk membantu dan bekerjasama dengan pemerintah daerah.

Oleh karena itu kerjasama dan kordinasi yang solid di antara TNI dan pemerintah daerah menjadi kewajiban yang harus terwujud.

Dalam masing-masing kunjungan, AM Putut Prabantoro menyerahkan buku Masyarakat Pancasila di Long Bagun, Titik U444, Sendawar Kutai Barat, dan Long Ampuh. Putut Prabantoro adalah editor buku Masyarakat Pancasila yang ditulis oleh sesepuh TNI alm. Letjen TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo.

259