Jakarta, Gatra.com – Dalam sambutannya di acara Gatra Innovation Awards 2021 yang digelar secara daring pada Jumat, (30/4), Rektor Universitas Gadjah Mada, Panut Mulyono, menyampaikan beberapa pencapaian yang dilakukan oleh kampus yang dipimpinnya.
“Alhamdulillah, UGM beberapa kali mendapatkan penghargaan anak bangsa sebagai universitas yang mempunyai keunggulan di bidang inovasi. Hal ini menunjukkan bahwa riset-riset yang ada di UGM dapat dihilirkan menjadi produk-produk komersial,” ujar Panut.
Inovasi unggulan UGM di bidang kesehatan pada umumnya diproduksi demi mendukung Instruksi Presiden RI No. 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan dan Permenkes RI No. 17 Tahun 2017 tentang Rencana Aksi Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Tujuan dari kedua peraturan itu adalah terciptanya kemandirian industri farmasi dan alat kesehatan di tahun 2025.
Salah satu inovasi dari UGM yang terkait dengan Covid-19 adalah ventilator. UGM mengembangkan dua jenis ventilator. Yang pertama adalah ventilator V-01, ventilator ICU pertama karya anak bangsa yang berkategori high performance ventilator. Kemudian yang kedua adalah ventilator R-03, ventilator emergency portable yang bisa dibawa ke sana ke mari untuk mengikuti pergerakan pasien.
“Sebagai informasi, pengembangan ventilator ini, uji klinis di lapangan sudah selesai. Kami sedang menunggu jadwal paparan Kemenkes untuk selanjutnya mengajukan izin edar,” ujar Panut.
Kemudian produk yang berikutnya adalah produk yang sudah lumayan populer di kalangan masyarakat, yaitu GeNose, atau Gadjah Mada Electronic Nose. GeNose adalah alat pendeteksi dan diagnosis Covid-19 dari hembusan napas seseorang berbasis Artificial Intelligence (AI).
GeNose saat ini sudah beredar di berbagai tempat dan hingga bulan April 2021 ini telah diproduksi sebanyak 3000 unit. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2400 unit telah beredar, dan 600 unit sedang menunggu pemasangan, terutama di Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
“Pada bulan Mei ini diproduksi sebanyak 2000 dan juga di bulan Juni nanti akan diproduksi sebanyak 2000 unit. UGM terus meningkatkan produktivitas secara massal dari GeNose ini dengan menggandeng mitra-mitra UGM karena kebutuhan GeNose yang begitu besar,” terang Panut.
Sementara itu, terkait dengan Vaksin Merah Putih, UGM juga ikut bahu membahu mengembangkan vaksin tersebut bersama para mitra universitas, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
UGM juga mempunyai CIMEDs (Center for Medical innovation and Devices). Sejak awal terjadinya pandemi, pusat ini telah sukses memproduksi berbagai macam Alat Pelindung Diri (APD), mulai dari faceshield, selubung badan, hingga selubung muka.
Lalu, UGM juga meneliti berbagai bahan imunostimulan, produk-produk yang bisa meningkatkan imunitas di masa pandemi. Bahan-bahan tersebut idak hanya berasal dari jeruk atau sitrus, tetapi juga dari kelapa atau coconut oil. “Ini juga kita tes, pelajari, dan teliti,” tutur Panut.
Sementara di bidang sosial, UGM punya SONJO atau Sambatan Jogja. SONJO adalah gerakan kemanusiaan yang fokus kepada upaya membantu masyarakat rentan dan berisiko terkena dampak penyebaran Covid-19 di DIY. “Banyak sekali kegiatan yang dilakukan oleh SONJO. Bagaimana membantu para petani, membantu masyarakat, membantu UMKM dalam memproduksi dan memasarkan produk-produknya,” terang Panut.
Dengan demkian, UGM telah banyak melakukan berbagai upaya untuk berkontribusi dalam mengatasi pandemi Covid-19 yang telah melanda Indonesia selama lebih dari satu tahun ini.