Banyumas, Gatra.com – Embun es atau disebut bun upas oleh masyarakat lokal muncul lebih cepat dari biasanya, yakni pada akhir dasarian awal Mei, tepatnya pagi Senin (10/5). Lazimnya, embun es muncul pertama kali pada Juni, dengan puncak kemunculan antara Juli-Agustus.
Soal kemunculan embun es yang lebih awal dari biasanya ini, Kepala Stasiun Geofisika Badan Mateorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banjarnegara, Setyoajie Prayodhie, mengatakan, berdasarkan analisa citra satelit himawari tanggal 08 – 10 Mei 2021, pertumbuhan awan konvektif aktif pada pagi hari tanggal 8 Mei dan berangsur berkurang secara signifikan pada siang hingga sore hari.
Menjelang dini hari tanggal 9 Mei, perawanan cenderung cerah dan tipis hingga tanggal 10 Mei dini hari. Energi panas matahari yang terpantul dari bumi langsung hilang ke atmosfer, sehingga tidak ada pantulan balik ke bumi.
“Kondisi ini jika terjadi terus menerus menyebabkan udara semakin dingin. Perlu diketahui bahwa tanah lebih mudah menyerap panas dan lebih mudah melepaskan panas, ditambah lagi dengan topografi Dieng yang berupa dataran tinggi,” terangnya, melalui aplikasi perpesanan, Senin malam (10/5).
Dia juga mengungkapkan, hasil observasi suhu pada AWS Batur menunjukkan bahwa pada tanggal 9 Mei pukul 18.50 WIB, terukur suhu sudah mulai di bawah 10 derajat Celsiun, dan mulai pukul 22.30 WIB hingga tanggal 10 Mei, pukul 06.30 WIB, suhu terukur di bawah 5 derajat Celsius dengan variasi 3, derajat Celsius hingga 5 derajat Celsius.
“Berdasarkan data pengukuran suhu menunjukkan penurunan suhu yang cukup signifikan hingga mendekati nol derajat yang berpotensi terbentuknya bun upas di permukaan tanah,” kata Ajie.
BMKG mengimbau masyarakat di wilayah Dieng untuk lebih mengenal tanda-tanda alam yang berpotensi terjadi bun upas dan bagi para petani aktif berkonsultasi dengan PPL Pertanian, bagaimana memperlakukan tanaman sehingga dapat meminimalisir dampak kerugian akibat bun upas.