Jakarta, Gatra.com - Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Mochamad Ashari, memandang pendidikan dasar dan menengah (SD, SMP, dan SMA) mengalami derita akibat pandemi Covid-19 yang lebih parah dibanding perguruan tinggi.
“Jadi yang terkena dampak luar biasa akibat pandemi sesungguhnya adalah pendidikan dasar dan menengah. Perguruan tinggi relatif tidak banyak terganggu karena infrastruktur sudah siap,” kata Ashari dalam e-press conference bertajuk Bincang PERSpektif Trakindo: Masa Depan Pendidikan Teknologi di Indonesia Pasca-pandemi Covid-19 yang digelar Kamis, (10/6).
Sebagai contoh, Ashari membeberkan kesigapan kampus yang dipimpinnya dalam menjalankan kegiatan pendidikan selama pandemi Covid-19. Ia mengklaim bahwa ITS sudah mencanangkan kuliah daring sejak sepuluh tahun lalu. “Hanya saja, waktu itu hanya untuk beberapa mata kuliah. Tidak banyak,” tuturnya.
Dengan mewabahnya pandemi korona, Ashari menyatakan bahwa ITS tidak begitu mengalami kegemparan lantaran infrastruktur pendukungnya sudah tersedia. Ia mengatakan bahwa ITS sudah lebih siap karena kampusnya tersebut merupakan perguruan tinggi teknologi yang menaruh perhatian penuh pada perkembangan teknologi.
Ashari menyebut bahwa saat pandemi melanda, kampusnya telah menyiapkan beragam aplikasi, LMS (learning management system), hingga bandwith internet yang cukup untuk melaksanakan pembelajaran daring. Menurutnya, satu-satunya kendala yang kampusnya hadapi adalah ketika mereka harus melakukan sosialisasi penggunaan teknologi mutakhir kepada tenaga pendidik yang lebih senior.
Berbanding terbalik dengan perguruan tinggi, Ashari memandang bahwa pendidikan dasar dan menengah tidak sigap dengan pelaksanaan pembelajaran daring selama pandemi karena dukungan infrastrukturnya tidak disiapkan. “Kalau di pendidikan dasar dan menengah, yaitu SD, SMP, dan SMA, ini yang mungkin agak berat,” ujar Ashari.