Jakarta, Gatra.com - Tuberkulosis (TBC/TB) masih menjadi masalah kesehatan yang besar di Indonesia. Di mana, negara ini menduduki peringkat negara dengan beban tuberkulosis terbesar kedua di dunia setelah India.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Subdit TB Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi, via Zoom dalam sambutannya pada "Peluncuran Percontohan Program Rujukan Batuk USAID TBPS bagi Tenaga Kefarmasian melalui Aplikasi SwipeRx di Delapan Kecamatan di Kota Medan", yang telah dilaksanakan pada Selasa, (22/6).
Imran menerangkan, secara nasional, jumlah pasien tuberkulosis yang diobati dibandingkan dengan total estimasi orang yang menderita penyakit menular tersebut di Tanah Air, hanya mencapai 42 % pada tahun 2020 lalu. Capaian ini menurun signifikan, jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2018 dan 2019 yang berkisar di angka 67 %.
Selain itu, tuturnya, pasien tuberkulosis yang dilaporkan ini sebagian besar berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) pemerintah. Dan besaran jumlah pasien tuberkulosis yang berasal dari layanan swasta, di antara total pasien TB yang terlaporkan itu hanya kurang dari 20 %. "Jadi masih sangat kecil," kata Imran.
Kemudian selain angka penemuan, lanjutnya, indikator utama program tuberkulosis adalah angka keberhasilan pengobatan. Pada tahun 2020, angka keberhasilan pengobatan tuberkulosis nasional berkisar di angka 86 % dari target 90 %.
"Upaya penanggulangan tuberkulosis tidak bisa diselesaikan hanya dari sektor kesehatan saja. Saat ini, kami dalam proses penyusunan Peraturan Presiden [Perpres] tentang Penanggulangan Tuberkulosis, yang akan mengatur peran dan kontribusi dari sektor-sektor lain di dalam penanggulangan tuberkulosis," ujar Imran.
"Hal ini juga berkaitan dengan tuberkulosis, sebagai salah satu indikator utama di dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan, yang pelaksanaannya menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota," tambahnya.