Pekalongan, Gatra.com - Banyaknya warga yang terpapar Covid-19 dan harus menjalani isolasi mandiri mengetuk hati seorang warga Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Mochammad Syadhali. Pria 31 tahun ini setiap hari membagikan makanan untuk warga yang isolasi mandiri.
Syadhali merupakan pemilik Raja Ampat Resto yang berlokasi di Jalan Binagriya Raya 1 Kelurahan Medono, Kecamatan Pekalongan Barat. Sejak pandemi melanda, omset rumah makan dengan menu sea food itu turun 80 persen.
Kendati demikian, Syadhali justru memanfaatkan usahanya itu untuk membantu warga yang harus menjalani isolasi mandiri karena terpapar Covid-19. Karyawannya yang lebih banyak menganggur karena kondisi rumah makan sepi pengunjung dikerahkan untuk membuat ratusan porsi makanan.
Setiap hari, 150 - 200 porsi makanan dibuat untuk dibagikan kepada warga Kota Batik yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah. Pembagiannya dilakukan dua kali, yakni pada siang dan malam hari.
"Pembagiannya dengan tiga cara. Kalau rumah yang isoman lokasinya jauh kita pakai Go Send, atau Grab Ekspres. Kalau tidak ada biaya untuk Go Send, atau Grab Ekspres, boleh diambil oleh keluarganya atau aparat setempat. Kalau yang tinggalnya di daerah sekitar sini kita antar. Tapi kalau anter prosesnya agak lama karena keterbatasan karyawan," ungkap Syadhali, Rabu (14/7).
Sejak mulai berjalan pada 10 Juli, Syadhali sudah membagikan 300 lebih porsi makanan ke sejumlah wilayah di Kota Pekalongan. "Ini baru kami mulai tanggal 10 Juli. Rencanannya kami lakukan selama PPKM Darurat," ujar Syadhali.
Syadhali mulai tergerak membantu kebutuhan makan warga yang isolasi mandiri ketika ada salah satu anggota keluarganya yang positif Covid-19. Melalui grup WhatsApp keluarga, dia bersama anggota yang lain kemudian berbagi tugas mengirimkan makanan dan kebutuhan lain anggota keluarga yang terkena virus corona itu.
"Karena kita mampu, kita bisa bergantian mengirim. Kemudian kita mikir, kalau yang isoman warga yang kurang mampu itu bagaimana nasibnya. Kita saja panik, beli ini beli itu, harus makan ini makan itu, kan tidak murah. Dari situ tercetus ide, kenapa kita tidak bagi-bagi makanan untuk yang isoman," tuturnya.
Setelah berjalan beberapa hari, aksi kepedulian yang dilakukan Syadhali viral melalui media sosial dan pesan berantai WhatsApp. Hal yang tidak disangka Syadhali ini membuatnya dihubungi banyak orang mulai dari kerabat hingga rekan sesama pengusaha. Mereka menanyakan kebenaran informasi yang viral itu.
"Dari pihak kelurahan, kepolisian juga menghubungi. Saya juga sempat agak takut. Takutnya nanti malah ciptain kerumunan karena orang pada datang. Alhamdulilah tidak, karena memang kita nargetinnya orang isoman dengan hasil antigen atau PCR," ungkapnya.
Apa yang dilakukan Syadhali juga membuat sejumlah pihak menawarkan donasi. Namun Syadhali memilih untuk menolak tawaran itu karena khawatir kewalahan. Sebab jumlah karyawannya terbatas.
Dia menyarankan mereka untuk membuat gerakan membantu warga yang isoman sesuai dengan kemampuan dan cara masing-masing. Akhirnya bermunculan gerakan serupa di Kota Pekalongan.
"Saya bingung tidak ada tenaganya waktu ada yang mau nyumbang. Jadi lebih baik mereka buka posko sendiri, berpartisipasi dengan cara masing-masing. Ada yang bantu oksigen, obat karena kebutuhan warga isoman kan tidak hanya makanan," ujarnya.
Syadhali berharap semakin banyak kalangan yang membantu warga isoman untuk meringankan beban mereka. Hal ini juga bisa membantu pemerintah dalam menangani Covid-19.
"Makin banyak yang seperti ini makin bagus. Jadi insya Allah di Kota Pekalongan pemerintah tidak repot terkait warga yang isoman. Pemerintah fokus menangani yang positif Covid-19 gejala berat dan sedang. Saya juga berharap pandemi ini cepat berlalu," ucapnya.