Jakarta, Gatra.com - Kini Indonesia menjadi negara penyumbang terbesar kasus Tuberkulosis (TB atau TBC) ke-2 di dunia. Padahal, negara-negara raksasa seperti Cina sebetulnya dulu sempat menjadi sumber utama TB di dunia.
Menurut Rektor Universitas YARSI Fasli Jalal, hal itu dikarenakan Indonesia saat ini tengah disibukkan oleh pandemi virus corona serta semua perhatian tertuju pada virus menular tersebut. Akan tetapi, terdapat salah satu penyakit kronik yang telah merampas ratusan ribu jiwa di negeri ini dan sudah bertahun-tahun lamanya yaitu Tuberkulosis.
"Dan ini juga membuat kita agak malu di forum-forum internasional karena kita makin naik peringkat, tapi naik peringkatnya bukan ke peringkat yang lebih baik, tapi ke peringkat yang lebih jelek," ungkapnya, via Zoom dalam membuka webinar bertajuk Eliminasi Penyakit Tuberkulosis 2030 dengan Implementasi Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2021", yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube YARSI TV pada Rabu, (29/9).
"Kita agak malu juga, Indonesia makin lama, makin merangsek, bukan kepada peringkat yang lebih kecil kontribusinya, tetapi makin tinggi kontribusinya terhadap TB dunia," tambah Fasli.
Ia pun mengatakan hal ini juga akan banyak mempengaruhi penderita Tuberkulosis. Seperti dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka, jadi tidak produktif, tidak hidup sehat, tidak nyaman hidupnya dan tidak bahagia.
"Dan karena ini penyakit infeksi, menyebarkan kemana-mana ya dan juga kadang-kadang sampai anak-anak pun juga mulai dikenai. Jadi karna itu, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memperhatikan," tandas Fasli.