Banyumas, Gatra.com– Film dokumenter yang telah diproduksi oleh para guru sasaran Program Organisasi Penggerak (POP) Yayasan Sahabat Muda Indonesia (YSMI) di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk berbagai mata pelajaran (Mapel).
Instruktur POP, Direktorat SMP Kemendikbudristek Fajriatun mengatakan yang paling penting guru memahami konteks yang akan dibahas dalam pembelajaran yang menggunakan film tersebut.
"Misalnya tentang sejarah Watu Lembu, tidak hanya dapat dipakai oleh Mapel Sejarah, namun dapat dipakai juga oleh Mapel Bahasa untuk materi struktur narasi. Atau Mapel Seni Rupa untuk materi seni rupa tiga dimensi atau seni rupa klasik. Tinggal kreativitas guru dalam mengaitkan konteks film yang ada dengan Mapelnya,” katanya, dalam keterangannya, dikutip Minggu malam(26/12).
Ia juga mengajak agar guru tidak segan-segan berinovasi dengan menjelajahi materi dan memakai berbagai macam sumber belajar, termasuk film. Semakin luas sumber belajar, maka siswa akan lebih banyak menyerap sumber ilmu.
"Guru harus out of the box ketika merancang pembelajaran agar semenarik mungkin untuk siswa. Ciptakan kegilaan-kegilaan positif dalam pembelajaran sehingga siswa akan merekamnya lebih lama dalam memori mereka" tandas Fajriatun, dalam pelatihan daring ‘Penyusunan Perangkat Pembelajaran Media Audiovisual’.
Sementara, Sekretaris YSMI Andy Prasetyo berharap dengan materi mengenai penyusunan perangkat pembelajaran dan aplikasinya untuk media film menjadikan para guru tidak kebingungan ke mana film itu dipakai setelah diproduksi.
"Awalnya ada ketakutan kalau film produksi mereka hanya bisa dipakai oleh guru sejarah atau guru seni budaya karena tema-tema yang diangkat dalam film POP seputar itu. Dengan pelatihan daring ini para guru sasaran jadi paham bahwa semua guru bisa memakainya, asal disesuaikan konteksnya. Bahkan para guru dapat melakukan kolaborasi dalam pembelajaran," jelas Andy.
Salah satu guru sasaran dari SMPIT Permata Hati Banjarnegara, Nofita Dian Wiraswati mengungkapkan dengan pelatihan ini ia merasa tercerahkan. Nofita yang guru bahasa Inggris semakin memahami bahwa film bisa digunakan pula untuk bidang keilmuannya.
"Saya kan guru Bahasa Inggris, film yang saya buat tentang Macapat. Tadinya saya pikir saya tidak bisa memakai film ini untuk pembelajaran saya. Tapi setelah dijelaskan, justru saya paham bahwa Mapel apapun bisa memakai film saya untuk pembelajaran, asal guru menyesuaikan konteksnya. Apa lagi film yang saya buat kuat nilai karakternya" ucap Nofita.