Islamabad, Gatra.com - Perdana Menteri Pakistan Imran Khan digulingkan dari kekuasaaan setelah mendapat mosi tidak percaya dari mayoritas parlemen, yakni 174 suara dari 342 anggota. Ia menjadi PM pertama yang turun dari kekuasaan karena mosi tidak percaya.
Imran Khan menyatakan dia tidak akan mengakui pemerintahan oposisi, yang ia sebut didukung oleh konsipirasi Barat yang dipimpin Amerika Serikat meski tak bisa membuktikannya.
Parlemen akan menunjuk Perdana Menteri baru lewat voting pada Senin nantidan yang bersangkutan akan menduduki jabatan hingga Okotber 2023 saat pemilu diselenggarakan.
Ayaz Sadiq, yang kini diberi tugas menjadi pimpinan parlemen ketika tidak ada partai berkuasa dan ketua parlemen, menyatakan bahwa kertas nominasi yang berisi kandidat harus sudah diisi pada Minggu pukul 11.00 waktu setempat.
Mahkamah Agung menyatakan pada Kamis lalu bahwa Imran telah melakukan tindakan inkonstitusional dengan memblok voting mosi tidak percaya dan membubarkan parlemen.
Hal ini membuat beberapa anggota parlemen marah dan beberapa menuding bahwa PM telah berkhianat.
Beberapa saat sebelum voting dimulai, ketua parlemen -yang merupakan sekutu Imran Khan- mengundurukan diri. Anggota partai PTI pimpinan Imran Khan ramai-ramai meninggalakn gedung parlemen sembari tetap bersikukuh bahwa mosi tidak percaya ini merupakan konspirasi internasional.
Pimpinan oposisi Shehbaz Sharif dalam cuitannya di Twitter mengatakan pada akhirnya Pakistan dan parlemen terbebas dari krisis serius. “Fajar baru telah tiba untuk bangsa Pakistan, selamat!” ujarnya.
Senator partai PTI Faizal Javed Khan menyebut bahwa Imran telah keluar dari kediaman resmi PM dengan kepala tegak. “Imran Khan telah mengangkat derajat negara ini,” ujarnya.
Imran Khan, 69 tahun, mantan kapten tim nasional kriket Pakistan, dipilih menjadi Perdana Menteri tahun 2018 dengan janji akan melawan korupsi dan memperbaiki ekonomi Pakistan.
Namun janji itu sepertinya tak terpenuhi lantaran krisis ekonomi yang menjerat negara tersebut.