Home Gaya Hidup Tradisi Syawalan Kembali Digelar, Makam Bukit Jabal Kaliwungu Dipadati Peziarah

Tradisi Syawalan Kembali Digelar, Makam Bukit Jabal Kaliwungu Dipadati Peziarah

Kendal, Gatra.com- Tradisi Syawalan yang biasa digelar warga Kaliwungu Kendal Jawa Tengah, secara turun-temurun kembali digelar setelah dua tahun ditiadakan akibat pandemi Covid-19. Di bukit Jabal Kaliwungu, ribuan peziarah dari berbagai daerah datang dan memadati setiap sudut komplek pemakaman untuk memanjatkan doa dan mencari keberkahan. 

Mulanya, tradisi Syawalan yang digelar sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri merupakan acara peringatan wafatnya (Haul) KH Asyari atau Kiai Guru, seorang Ulama penyebar agama Islam di pesisir pulau Jawa, khususnya di daerah Kendal. 

Acara haul awalnya hanya digelar oleh pihak keluarga atau anak keturunannya saja. Namun seiring berjalannya waktu, tradisi ini semakin meriah dengan berdatangannya banyak peziarah dari dalam dan luar kota serta banyaknya pedagang tiban di sekitar komplek makam dan di Alon-alon Kaliwungu.

Kemeriahan dan keramaian semakin bertambah dengan banyaknya hiburan pasar malam, hingga tak jarang menyebabkan kemacetan di jalan raya.

Tradisi yang sudah membudaya dan rutin digelar dalam setiap tahunnya ini terus dikembangkan dan dijadikan sebagai sebuah wisata religi. Peziarah yang datang rela berjalan menuju ke bukit Jabal Kaliwungu sejauh 5 kilometer untuk sampai di area komplek makam.

Di komplek makam Kiai Guru, peziarah rela berdesak-desakan agar bisa masuk ke dalam komplek makam untuk memanjatkan doa di depan makam pendiri Masjid Agung Kaliwungu ini. Selain itu, makam-makam lainnya, seperti makam Sunan Katong dan makam Wali Musyafa juga dipadati oleh banyak peziarah. 

Sementara itu, di acara haul Kiai Guru, Pj Sekda Kendal Sugiyono yang hadir mewakili Bupati Kendal Dico M Ganinduto menyambut baik kegiatan haul yang sudah menjadi tradisi dan terus dilestarikan kembali digelar. Menurutnya, tradisi ini merupakan sebagai bentuk penghargaan kepada para tokoh agama atau alim ulama yang telah meninggal dunia, seperti Kyai Guru, yang telah berjuang menyebarkan agama Islam.

"Saya menyambut baik, karena tradisi Syawalan di daerah kita dapat dilaksanakan kembali. Tradisi Syawalan, kehadirannya sangat ditunggu-tunggu oleh sebagian besar masyarakat di Kabupaten Kendal dan sekitarnya," katanya, Sabtu (7/5).

Ditegaskan Sugiyono, untuk menjaga tradisi Syawalan agar tetap terjaga dan terpelihara dengan baik dan penuh dengan nuansa religi menjadi kewajiban bersama segenap masyarakat Kendal. Ia juga meminta kepada masyarakat, agar bersama-sama menjaga makna dan tujuan awal dari tradisi Syawalan ini. 

"Jangan sampai tradisi Syawalan yang sangat bermakna dan adiluhung ini bergeser ke hal-hal yang tidak diinginkan. Kita harus tetap kompak untuk selalu menjaga keamanan dan ketertiban kegiatan syawalan ini, sehingga dapat berjalan kondusif, khusuk dan benar-benar bisa membawa makna," ucapnya.

KH Asroi Tohir selaku Panitia Kegiatan sekaligus pimpinan pengurus Masjid Agung Kaliwungu mengaku sangat bersyukur karena kegiatan Syawalan dapat kembali digelar setelah dua tahun vakum. "Saya berharap kepada para peziarah dapat belajar memahami nilai-nilai luhur perjuangan para Ulama, bukan belajar memahami keramaian dan kemeriahan acara Syawalan ini," katanya.

 

984