Jakarta, Gatra.com – Keputusan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mencabut izin usaha seluruh gerai atau outlet perusahaan bar dan kafe Holywings bila dilihat dari sudut pandang politik memiliki dua sisi pengaruh bagi tingkat elektabilitas yang dimilikinya.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, memandang langkah Anies tersebut kian menguatkan citranya sebagai figur yang terafiliasi dengan kelompok Islam.
“Ini justru makin menebalkan keyakinan bahwa memang Anies penuh dengan isu-isu berbasis Agama.” ujarnya dalam diskusi bertajuk "Total Poster Club: Pekerjaan Politik Pasca-Jokowi Pulang dari Rusia-Ukraina" di Jakarta, pada Ahad (3/7).
Langkah Anies menutup Holywings, sebut Adi, sulit dilepaskan dari kasus berbau sara terkait promo miras yang membawa nama Muhammad dan Maria. Pasalnya, jika hanya menyoal urusan administratif, sudah sejak lama seharusnya Holywings dicabut izinnya.
“Ini kan sudah lama, berbulan-bulan soal penjualan miras ilegal. Kenapa enggak dari dulu?” ujarnya.
Terkait elektoral, Adi menilai langkah ini membuat Anies kian sulit untuk memperluas ceruk pemilihnya. "Stigma itu tidak hilang, ini menunjukkan bahwa Anies afiliasi politiknya ke kelompok Islam," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) sekaligus pengamat politik Djayadi Hanan, menilai sudah seharusnya Anies bergerak ke tengah, tidak lagi hanya berkutat memperkuat dukungan dari basis pemilihnya.
"Para capres itu akan solidifying the best, mengonsolidasikan pendukungnya. Kalau sudah terkonsolidasi mestinya tak perlu lagi, dia harus gerak ke tengah," katanya.
Saat ini, jelas Djayadi, tiga nama calon presiden terkuat seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto telah memiliki basis pendukung masing-masing. Hanya saja, belum ada dari mereka yang mampu mengumpulkan 50% lebih jumlah suara untuk bisa memenangkan pertarungan di 2024. Maka itu, penting untuk masing-masing kandidat tersebut memperluas basis pemilih.
Terkait masalah Holywings ini, menurut Djayadi, memerlukan kehati-hatian dalam membuat keputusan agar tidak berbalik menjadi bumerang. Belum lagi, kini isu kemanusiaan tentang nasib ribuan pekerja Holywings juga menjadi sorotan.
"Karena isunya bergeser bukan hanya soal miras, jadinya soal isu kemanusiaan. Ada orang bekerja di situ, ada orang terdampak, dan itu bisa ke mana-mana isunya, bisa mengakibatkan dampak positif diinginkan di Jakarta bisa berkurang, malah bisa negatif," ujarnya.