Home Nasional Serba-Serbi Dialog C20: Elit Fokus Rusia-Ukraina, Sipil Angkat Isu Ketimpangan

Serba-Serbi Dialog C20: Elit Fokus Rusia-Ukraina, Sipil Angkat Isu Ketimpangan

Jakarta, Gatra.com – Staf Ahli Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sekaligus Deputi Keuangan G20, Wempi Saputra, menyebut bahwa Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presidensi G20 yang akan berlangsung di Bali, Indonesia, pada November mendatang akan berfokus pada dua hal, yaitu konflik perang Rusia-Ukraina dan pandemi Covid-19 yang masih jauh dari kata berakhir.

“Perang Ukraina-Rusia ini justru memperparah krisis makanan, energi, dan finansial global. Pandemi belum berakhir, sekarang ada problem geopolitik di Ukraina,” ujar Wempi dalam agenda dialog bersama Civil-20 atau C20 di Le Meridien Hotel, Jakarta, Rabu, (27/7/2022).

Beda fokus elit, beda pula fokus masyarakat sipil. Steering Committee C20 Indonesia, Binny Buchori, membawa suara-suara yang termarjinalkan dalam agenda dialog tersebut. Ia mengkritisi pembuat kebijakan yang jarang memperhatikan diversitas atau perbedaan problema yang dihadapi beragam individu atau kelompok.

“Sebagai pembuat kebijakan, biasanya mereka bikin kebijakan yang one fits for all, tapi kami tak ingin begitu,” ucap Binny.

Dalam konteks krisis perubahan iklim, misalnya, Binny menyebut bahwa yang paling menderita adalah mereka yang hidup di negara-negara terbelakang. Menurutnya, salah satu tantangan bagi mereka adalah pendanaan yang tak murah untuk memitigasi dampak buruk perubahan iklim.

“Pendanaan itu membutuhkan hampir US$300 juta,” ujarnya. Menurutnya, pendanaan untuk negara-negara seperti ini perlu menjadi perhatian khusus. Ia tak ingin para pembuat kebijakan G20 nanti mengambil keputusan yang berlaku bagi semua tanpa memperhatikan diversitas masalah yang terjadi dalam suatu konteks ruang tertentu.

Head of Washington DC Office Oxfam International, Nadia Daar, mengungkapkan argumen senada dengan Binny. Menurutnya, terdapat perbedaan situasi antara negara kaya dengan negara berpendapatan rendah.

Nadia mencontohkan mengenai perbedaan situasi akses terhadap vaksin selama pandemi Covid-19. “Di negara berpendapatan rendah, akses terhadap vaksin amat mengkhawatirkan. Di negara kaya, 3 dari 4 orang divaksin. Di negara terbelakang, hanya 1 dibanding 7,” paparnya.

Nadia juga menyinggung soal dampak perang Ukraina-Rusia yang berpengaruh pada kenaikan harga bahan makanan. Mengutip UNDP, ia menyebut saat ini terdapat 71 juta individu yang terjerembab kepada kemiskinan dalam kurun waktu tiga bulan sejak perang dimulai. “Makanan yang tersedia kemarin, hari ini belum tentu tersedia,” ucapnya.

C20 atau Civil-20 merupakan Engagement Group G20 resmi. Ia adalah wadah organisasi masyarakat sipil yang berfungsi untuk mendorong dan mengawasi kebijakan yang akan diambil oleh para petinggi G20 pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 November nanti. Mereka terdiri dari beberapa kelompok kerja yang menaruh perhatian pada berbagai isu, mulai dari isu lingkungan dan perubahan iklim hingga anti-korupsi.

Dalam praktiknya, mereka memiliki semangat untuk menyampaikan aspirasi masyarakat sipil, terutama kelompok yang terpinggirkan, kepada para petinggi G20. Tujuannya adalah agar isu-isu vital seperti lingkungan, perkembangan sosial dan ekonomi, dan HAM bisa menjadi dasar kebijakan yang diambil pada KTT nanti. Mereka ingin memastikan tak ada satu individu dari masyarakat pun yang tertinggal.

109