Lumajang, Gatra.com- Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, kembali erupsi, Ahad pagi, 04/11. Pada saat bersamaan Sukir Maryanto, guru besar Teknik Geofisika, Universitas Brawijaya, tengah berada kaki Semeru. Tepatnya di Desa Sidomulyo, Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Sukir bersama koleganya dari Mesir, Prof. Emad. Keduanya tengah mengoordinir mahasiswa doktoral terkait mitigasi bencana gunung api. “Saya lagi di Pronojiwo, Semeru, sedang mengkoordinir mahasiswa bersama Prof. Emad,” katanya. Keduanya menjajagi pemasangan stasiun magnetik di Sidomulyo.
“Alhamdulillah di basecamp sudah aman dan baru saja selesai hujan air dan beranjak reda. Sekarang masyarakat sangat care terhadap bencana, kesadaran sangat tinggi untuk evakuasi,” katanya.
Terhadap erupsi Semeru kali ini, Sukir menyarankan masyarakat mengikuti arahan pemerintah. “Diharapkan masyarakat tetap tenang, tidak panik berlebihan dan mengikuti arahan pemangku kepentingan atau yang berwenang terkait bencana,” katanya.
“Jika sudah mempunyai atau menyiapkan "tas siaga bencana" dan memang ada arahan evakuasi, segera evakuasi pada titik-titik kumpul yang telah ditentukan oleh pemangku kepentingan,” sarannya.
“Dengan catatan, pemangku kepentingan telah dapat berfungsi dengan baik dalam hal manajemen bencana yang melibatkan stake holder, kolaboratif penta helix yang meliputi pemerintah, masyarakat, akademisi, dunia usaha dan media masa,” ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, Universitas Brawijaya melalui program Doktor Mengabdi melakukan kegiatan untuk meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap segala macam potensi ancaman di sekitar tempat tinggal atau bisa disebut dengan Town Watching. Town Watching merupakan metode pengamatan potensi bencana dan kecelakaan yang pertama kali dikembangkan di Jepang pada 1970.
Fokus pelaksanaan Town Watching mengacu pada pemberdayaan masyarakat sekitar untuk turut aktif berpartisipasi membangun sistem mitigasi yang efektif. Gelaran dilakukan di Desa Sidomulyo, Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Kecamatan Pronojiwo merupakan salah satu daerah di lereng Gunung Semeru yang mempunyai ancaman sangat tinggi jika terjadi erupsi.
"Dalam menanggulangi bencana maupun pencegahannya, mitigasi menjadi hal dasar yang sangat penting untuk dikuasai warga sekitar kawasan rawan bencana," kata Sukir Maryanto, guru besar Teknik Geofisika Universitas Brawijaya.
Kegiatan Town Watching yang digelar maraton selama tiga bulan sejak 14 Agustus 2022, dikemas dalam bentuk penyuluhan dan pemetaan masyarakat secara langsung. Penyuluhan dilakukan Prof. Sukir Maryanto, Ph.D, selaku ketua peneliti dari Program Doktor Mengabdi kepada warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo.
Dan selanjutnya dilakukan pemetaan di Dusun Besuksukit oleh warga Desa Sidomulyo dengan melibatkan kurang lebih 30 warga desa, dari berbagai macam latar belakang seperti guru TK, perangkat desa, petani, karang taruna, dan lain-lain. Dengan adanya berbagai macam latar belakang ini, maka informasi terkait kebencanaan dan bagaimana cara mengantisipasinya dapat diterima seluruh lapisan masyarakat yang ada di Desa Sidomulyo. Pemetaan dilakukan dengan menyusuri jalan desa disekitar Dusun Besuksukit secara berkelompok.
Hasil kemajuan kegiatan ini langsung dipaparkan warga yang didampingi oleh tim Doktor Mengabdi di Kantor Desa Sidomulyo. Dari kegiatan tersebut masyarakat mengidentifikasi secara langsung berbagai macam potensi ancaman di sekitar Dusun Besuksukit lalu mencari metode mitigasi yang tepat untuk mengatasinya. Identifikasi dilakukan secara berkelompok, dengan menyusuri jalan-jalan yang ada di sekitar desa.
Kegiatan Universitas Brawijaya ini bisa dikembangkan di daerah-daerah rawan bencana lainnya di Indonesia. Seperti, di Cianjur yang rawan gempa karena 'nongkrong' di sekitar sesar Cimandiri, daerah sekitar gunung Merapi, dan lain-lain.