Home Hiburan Petinggi dan Anggota TNI Jadi Wayang Orang, Sutradara: Sudah 70% Persiapan

Petinggi dan Anggota TNI Jadi Wayang Orang, Sutradara: Sudah 70% Persiapan

Jakarta, Gatra.com - Latihan intensif terus dilakukan oleh para pemain Gelaran Pandawa Boyong. Menjelang acara "Launching dan Doa Bersama Pagelaran Wayang Orang Pandawa Boyong" yang akan digelar di Taman Ismail Marzuki pada Minggu (15/1) mendatang, latihan gabungan dilakukan dengan seluruh pihak.

Kerja sama antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL) dengan organisasi pegiat budaya, Laskar Indonesia Pusaka, akan menghadirkan pertunjukan yang direncanakan berlangsung selama 1,5 jam. Sutradara sekaligus pegiat budaya, Teguh Kentus Ampiranto, menerangkan bahwa latihan gabungan ini akan dilakukan lagi, dan diakhiri dengan gladi kotor dan gladi bersih di tempat berlangsungnya pergelaran.

"Sebelum tahun baru, selalu latihan tiap Selasa dan Jumat. Sudah hampir 15 kali latihan, tinggal latihan gabungan pada 3, 5, dan 10 Januari. Saya kira sudah 70 persen hasilnya," ujar Kentus saat ditemui di sela latihan di GOR Mabes TNI AL, Selasa (3/1).

Sebagai informasi, kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Hari Dharma Samudera. Panglima TNI Laksamana Yudo Margono akan berperan sebagai Bimasena. Selain itu, pejabat TNI lainnya turut terlibat, yakni Kasal akan memerankan Batara Bayu; Kasad akan memerankan Batara Brama; serta Kasau akan memerankan Resi Abiyasa. Kapolri turut akan dilibatkan dengan berperan sebagai Batara Surya, serta Ketua DPR RI yang direncanakan akan menjadi Dewi Amba.

Kentus menyebutkan bahwa lebih dari 500 orang akan terlibat dalam pertunjukan wayang orang ini. Total terdapat 75 anggota Laskar Indonesia Pusaka yang terlibat sebagai tokoh tertentu, sekaligus melatih para pemain. "Kalau menghitung casting (dari TNI AL), ada 200-an lebih untuk penari saja. Pemusik ada 50 orang. Penata kostum, dengan panitia segala," terangnya.

Selama proses latihan, Kentus menjelaskan bahwa porsi latihan bagi para anggota TNI AL diturunkan. Hal ini didasari bahwa latar belakang mereka bukan dari penari atau budayawan, atau latar belakang kesenian. "Jadi kita menyesuaikan secara gerak dan dialog, disederhanakan," lanjutnya.

Selain itu, keterlibatan para pejabat dalam lakon ini mendapat tantangan tersendiri. Berdasarkan evaluasi latihan gabungan ini, para pejabat dinilai masih belum luwes dalam berdialog sesuai dengan perannya. Untuk itu, Kentus menyebutkan bahwa latihan masih akan terus dilakukan.

"Intinya karena dia latar belakangnya bukan penari, kita harus maklum dan bersabar, membuat strategi bagaimana melatih beliau-beliau ini," ujarnya.

452