Jakarta, Gatra.com - Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus diabetes melitus pada anak melonjak drastis hingga 70 kali lipat pada 2023 dibandingkan saat tahun 2010. Sayangnya, masih ada polemik yang membayangi para pasien diabetes melitus, terutama masalah kebijakan dalam pengobatannya.
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah akibat terganggunya kerja insulin. Insulin adalah hormon yang diproduksi pankreas dan diperlukan untuk mengolah gula darah (glukosa) yang didapat melalui makanan menjadi sumber energi bagi tubuh.
Gejala yang perlu diwaspadai jika anak menderita diabetes melitus adalah anak menjadi banyak makan, banyak minum, sering kencing dan mengompol, penurunan berat badan yang drastis dalam 2-6 minggu sebelum terdiagnosis, kelelahan dan mudah marah, dan gejala lainnya seperti sesak napas dan dehidrasi.
Bagi penderita diabetes tipe 1, mereka membutuhkan insulin tambahan seumur hidup karena kurangnya atau tidak adanya produksi insulin dalam tubuh. Ini disebabkan oleh sel-sel imun yang merusak sel penghasil insulin. Oleh sebab itu, penderita diabetes tipe 1 sangat bergantung pada insulin tambahan ini. Di sisi lain, pasien diabetes melitus tipe 1 ini harus mengeluarkan uang ekstra untuk pembelian insulin karena jarum suntik insulin tidak bisa menggunakan uang dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Saat ditemui tim Gatra di acara "Edukasi Diabetes Melitus Tipe 1 pada Anak & Remaja dan Persiapan Diabetes Pra-Ramadhan", Direktur Utama Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSAB) Harapan Kita, dr. Ockti Palupi Rahayuningtyas, menyampaikan masalah kebijakan ini.
"Insulin ditanggung oleh BPJS, tapi sayangnya jarumnya itu (untuk menyuntik insulin) yang tidak ditanggung oleh BPJS, sehingga memang mau tidak mau keluarga (penderita diabetes) itu harus mengeluarkan Rp1-2 juta untuk itu karena, kan, bayangkan dia sehari minimal empat kali harus suntik. Ya, 4 kali x 30 hari itu kira-kira cost-nya ya satu juta dua juta lah gitu ya dan juga kan dia harus apa cek kadar gula darahnya itu ya pakai glucose stik itu juga nggak ditanggung makanya tuh," ujar dr. Ockti.
Meskipun begitu, pihaknya berusaha agar pasien diabetes tipe 1 tidak harus mengeluarkan uang lebih banyak ketika harus mengontrol diri ke dokter.
"Kemudian, tadi ada apa ya. Ada alat khusus yang membantu gitu, yang memberikan gula darah namanya buat cek gula darah dan itu nanti setiap bulan dia ketika kontrol ke dokter kita tambahkan stick glue stick sehingga nggak perlu keluar uang lagi," pungkasnya.