Home Nasional Bangun Budaya Integritas, ESQ Gandeng KPK Gelar Webinar Antikorupsi Diikuti oleh 500 Lembaga

Bangun Budaya Integritas, ESQ Gandeng KPK Gelar Webinar Antikorupsi Diikuti oleh 500 Lembaga

Jakarta, Gatra.com - ESQ/ACT Consulting International menggelar webinar bertajuk Living Integrity dengan menggandeng Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai narasumber. Kegiatan yang diikuti lebih dari 500 lembaga mulai dari BUMN, swasta, kementerian/lembaga di tingkat pusat, hingga pemerintah daerah ini dilaksanakan pada Kamis (10/8).

Pada kesempatan itu, Founder ESQ Group Ary Ginanjar Agustian menekankan tentang pentingnya menumbuhkan nilai integritas dalam diri yang akan membentuk perilaku di kehidupan sehari-hari dan pekerjaan sehingga bisa membedakan perilaku positif dan negatif.

"Jika Anda seorang ayah, maka lakukanlah tugas anda sebagai seorang ayah untuk menegakkan integritas. Jika anda seorang guru, maka tegakkanlah integritas sebagai guru. Ini adalah gerakkan nasional sehingga pencegahan korupsi adalah panggilan batin dan jiwa kita semua. Apabila berhasil, maka Indonesia akan berintegritas dan bebas korupsi," ujar Ary Ginanjar.

Nilai integritas juga akan membantu menghadapi tantangan baik itu dari internal maupun eksternal organisasi serta berusaha untuk memahami contoh perilaku apa saja yang membuat diri dapat konsisten menjaga nilai integritas dan cara menghadapinya ketika ada ajakan terhadap pelanggaran nilai.

Untuk menumbuhkan kesadaran dan implementasi terhadap nilai integritas, Ary menjekaskan bahwa korupsi terjadi karena ada perkalian dari niat dan kesempatan. Maka penting untuk mengetahui niat dalam diri masing-masing.

"Ada tiga niat, yang pertama strong why yakni orang yang bekerja dengan orientasi mendapatkan materi sehingga pedulinya sebatas kesejahteraan ekonomi sematai. Kedua big why, dengan tujuan mencari harga diri, membutuhkan pengakuan, pangkat. Yang ketiga, inilah grand why. Tujuan utama pada pengabdian. Dan inilah yang membedakan," urainya.

“Jadi, ketika niatnya sudah salah, niatnya hanya berada sampai di strong why dan big why, maka kesempatan untuk korupsi datang, sudah habis semuanya," lanjut Ary.

Kemudian pencegahan korupsi juga bisa dilihat dari teori belief system, yang mana banyak hal mampu mengubah mindset. Ia mencontohkan iklan rokok yang mengubah mindset bahwa merokok itu adalah jantan bukan sakit paru-paru.

"Kisah Jepang yang menjadi disiplin karena meningkatkan kualitas manusia mulai dari hakim, jaksa, advokat, atau rakyat biasa. Integritas menjadi harga mati bagi mereka sehingga masuk dalam belief system mereka," imbuh Ary.

Maka sudah sepatutnya melahirkan banyak manusia yang tidak lagi sekedar fokus pada strong dan big why, namun dalam grand why. Membentuk konsep integritas.

"Untuk membentuk konsep integritas, kita perlu menjelaskan pada stakeholder tujuan dalam bekerja, tujuan dalam hidup. Sehingga perlu agen perubahan anti korupsi yang merupakan garda-garda terdepan dalam tiap lembaga, tiap rumah, tiap pendidikan," katanya.

Senada dengan itu, Deputi Pendidikan dan Peran serta Masyarakat KPK, Wawan Wardina mengatakan bahwa tidak hanya KPK yang membentuk konsep integritas, namun seluruh masyarakat ikut berkontribusi dan menjadi agen atas perubahan anti korupsi. Untuk itu, KPK saat ini melaksanakan tugas dalam struktur melalui tiga pendekatan anti korupsi.

"Pertama, pendidikan yang membangun nilai integritas dan anti korupsi pada seluruh masyarakat, ini yang sedang kita perjuangkan untuk membangun nilai kepada masyarakat Indonesia," ujar Wawan.

"Kedua, pencegahan yakni perbaikan sistem, dengan sistem yang bagus untuk meniadakan orang yang melakukan korupsi. Lalu, ketiga adalah efek jera pada pelaku," sambungnya.

Wawan menyebutkan bahwa tiga pendekatan tersebut tidak mungkin efektif jika tidak ada kontribusi masyarakat untuk membangun konsep integritas. Maka inilah yang dimaksud dari living integrity yaitu semua menciptakan lingkungan, kehidupan yang integrity, yang dimulai dari rumah.

19