Home Pendidikan Kedaton, Warisan Dunia, Jejak Sejarah Purbakala Masyarakat Tepi Batanghari

Kedaton, Warisan Dunia, Jejak Sejarah Purbakala Masyarakat Tepi Batanghari

Jakarta, Gatra.com – Indonesia merupakan negara yang kaya dengan warisan budaya dan situs bersejarah. Jejak tersebut salah satunya ditemui pada peninggalan Candi Muaro Jambi, kompleks percandian agama Buddha yang berada di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Kota Jambi. Kompleks percandian terluas di Asia Tenggara itu terletak di tepi Sungai Batanghari dan diperkirakan dibangun antara abad ke 7 dan13 Masehi.

Di kawasan Candi Muaro Jambi terdapat sembilan candi bercorak Buddha yang masih berdiri. Salah satunya Candi Kedaton yang berada di atas hamparan lahan seluas 4 hektare dan terletak tidak jauh dari sisi jalan. Candi ini dicalonkan Pemerintah Indonesia ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia.

Candi Kedaton Dikunjungi Pengunjung (GATRA/ Andhika Dinata)

Menurut keterangan arkeolog dan pakar sejarah, Candi Kedaton diyakini sebagai pusat pendidikan dan pelatihan ribuan rohaniwan Buddha di masa lalu. Di mana para biksu yang hadir ke candi ini berasal dari berbagai penjuru Asia. Para ahli meyakini Muaro Jambi dulunya menjadi denyut peradaban besar dan merupakan ibu kota dari Kerajaan Sriwijaya yang menguasai sebagian besar Sumatra enam abad lamanya.

Seiring waktu, rehabilitasi dan konservasi kawasan Candi Kedaton seperti halnya candi lainnya di kawasan Muaro Jambi menimbulkan tantangan tersendiri. Terlebih, kawasan tersebut sekarang menjelma sebagai denyut ekonomi dengan pusat perkebunan dan pertambangan. Berada di lahan gambut dataran rendah Sumatra dengan iklim tropis mengurangi kesuburan dan ketahanan struktur tanah yang rentan menenggelamkan struktur candi ke dasar yang lebih rendah.

Atas alasan itu, sekelompok anak muda yang tergabung dalam Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) melalui gerakan Siap Darling (Siap Sadar Lingkungan) mendukung pelestarian lingkungan di situs warisan sejarah di wilayah Sumatra untuk pertama kalinya melalui penanaman pohon di Kawasan Percandian Muaro Jambi pada Rabu, 23 Agustus 2023.

Candi Kedaton Dikunjungi Pengunjung (GATRA/ Andhika Dinata)

Kegiatan penanaman pohon di Kawasan Candi Kedaton disambut baik dan didukung oleh pemerintah setempat. Gubernur Jambi Al Haris memuji kehadiran Generasi Sadar Lingkungan atau skuat Siap Darling yang merawat alam di kawasan warisan sejarah Muaro Jambi. “Ini adalah sejarah purbakala yang luar biasa. Di sini [candi] usianya sudah 1.600 tahun silam di kompleks ini. Dari abad ke-7, sekarang ini sudah abad 23,” ujar Al Haris dalam keterangannya di Kompleks Candi Kedaton, Muaro Jambi, pada Rabu (23/8).

Al Haris menjelaskan, sejumlah alasan kenapa kawasan Candi Muaro Jambi menjadi pusat sejarah. Pertama, masyarakat dunia dari masa lampau masuk ke Jambi melintasi Laut Cina Selatan menempuh rute dari Tanjung Jabung Timur. “Mereka lalu membikin candi, sekolah perguruan tinggi agama Buddha pada zaman dahulu kala. Dari sini lahir salah seorang mahasiswanya yang membuat Candi Borobudur,” ucap Al Haris.

Saat ini, Kawasan Percandian Muaro Jambi masuk dalam Warisan Dunia (World Heritage) UNESCO. Al Haris menyatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi dan Kemendikbud sedang menyiapkan sejumlah langkah untuk memperjuangkan Candi Muaro Jambi menjadi UNESCO World Heritage. “Kami pemerintah dan juga kementerian itu menyusun dokumen-dokumen yang akan diajukan ke UNESCO. Apa yang menjadi persyaratan-persyaratan yang kita anggap nanti menjadi penilaian UNESCO,” kata Al Haris.

Gubernur Jambi Al Haris Menjawab Pertanyaan Awak Media (GATRA/ Andhika Dinata)

Upaya konservasi menurutnya terus dilakukan pemerintah daerah bersama dengan pemerintah pusat. Bahkan, Kawasan Candi Kedaton sempat mendapatkan kucuran bantuan dari Presiden RI dengan total senilai Rp600 miliar. “Tahun depan kita dibantu Rp850 miliar. Kita minta ini bongkar seperti sedia kala, karena ketinggiannya itu sama dengan Candi Muaro Jambi sebetulnya. Hanya karena sudah patah, sudah hancur, dan jatuh batu batanya makanya dia [kawasan Candi] menjadi kecil,” tuturnya.

Senapas dengan itu, upaya perbaikan kualitas lingkungan di sekitar kawasan candi terus digalakkan. Termasuk membangun kesadaran bagi generasi muda pecinta lingkungan. “Kita berharap generasi muda ke depan cinta lingkungan. Jadi, ada warga tidak membuang sampah ke sungai, diajak warga agar tidak menebang pohon, diajak warga menanam pohon. Jadi, ada generasi muda baru yang cinta lingkungan, sadar lingkungan, apa yang menjadi program dari Djarum Foundation ini,” papar Al Haris.

Menurutnya, tantangan perbaikan lingkungan saat ini, yakni generasi yang terus bertambah sementara luas lahan terus menyempit. “Bagaimana caranya orang yang bertambah sementara lahannya enggak bertambah. Udara tetap bagus dan polusinya terjaga dengan baik. Tidak ada karhutla dan hutan terbakar begitu saja,” ia menjelaskan.

Kegiatan Siap Darling Bakti Lingkungan Djarum Foundation (GATRA/ Andhika Dinata)

Program Sadar Lingkungan yang diusung Djarum Foundation bersama pemerintah daerah, Al Haris melanjutkan, memberikan kontribusi nyata pada alam. “Karena alam ini sahabat kita, termasuk memberikan kehidupan pada alam. Menambah kembali pohon-pohon kita karena pohon mengandung udara, mengandung air, maka ini baik sekali. Bahwa candi ini banyak sekali sejarahnya, ada sumur cuci di situ. Bagaimana kita membayangkan dulu orang tua kita masuk dan hidup di Sungai Batanghari,” katanya.

Gubernur Al Haris menyatakan, ke depan pihaknya akan melakukan sejumlah langkah dengan Kemendikbud dan Kemenparekraf untuk menjadikan Candi Kedaton—termasuk candi lain di Kawasan Muaro Jambi—sebagai pusat budaya. “Mudah-mudahan dengan adanya acara ini, kita semakin mengeksplore candi ini dan ke depan tentu akan menjadikan ini warisan dunia. Tugas pemerintah daerah menjaga dengan baik sehingga ke depan tentunya semakin bernilai selama-lamanya untuk masyarakat,” pungkasnya.

198