Home Internasional Transfer Rp 92 Triliun Disetujui, Lima Warga AS Dibebaskan dari Tahanan Iran

Transfer Rp 92 Triliun Disetujui, Lima Warga AS Dibebaskan dari Tahanan Iran

Teheran, Gatra.com - Sebuah pesawat tujuan Amerika Serikat (AS) yang membawa lima orang Amerika yang dibebaskan oleh Iran meninggalkan Doha pada hari Senin (18/9). Mereka dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran tahanan untuk lima warga Iran yang ditahan di Amerika Serikat, dan transfer dana Iran sebesar US$6 miliar atau sekitar Rp92 triliun, sekaligus menandai kesepakatan yang jarang terjadi antara kedua pihak, yang bermusuhan sejak lama.

“Hari ini, lima orang Amerika tak berdosa yang dipenjarakan di Iran akhirnya pulang,” kata Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan tak lama sebelum para tahanan AS menuruni tangga jet pesawat Qatar di Doha, untuk yang kemudian disambut pelukan oleh diplomat AS, dikutip Al-arabiya, Senin (18/9).

Gedung Putih mengonfirmasi bahwa sebuah pesawat yang membawa kelima orang tersebut, bersama dengan dua anggota keluarga AS yang meninggalkan Teheran bersama mereka sebelumnya, sedang dalam perjalanan ke Amerika Serikat. Mereka akan menjalani perawatan medis oleh militer AS saat menyesuaikan diri dengan keadaannya.

Secara terpisah, Press TV milik pemerintah Iran mengatakan lima warga Iran yang ditahan oleh Amerika Serikat dan didakwa melakukan kejahatan telah dibebaskan. Sebuah rujukan jelas pada pemberian grasi kepada mereka, dan dua di antaranya telah mendarat di Teheran.

Tiga lainnya diperkirakan tidak akan kembali ke Iran.

Baca Juga: Pertukaran Tahanan, AS Izinkan Transfer Dana Rp 92 Triliun ke Iran

“Ini murni aksi kemanusiaan,” kata Presiden Iran Ebrahim Raisi, setelah tiba di New York untuk menghadiri Sidang Umum tahunan PBB. 

“Ini tentu saja menjadi sebuah langkah yang bisa dijadikan dasar untuk mengambil tindakan kemanusiaan lainnya di masa depan,” tambahnya.

Tidak jelas apakah pertukaran ini akan membawa kemajuan dalam berbagai isu yang memecah belah kedua negara, termasuk program nuklir Iran, begitu juga dukungannya terhadap milisi Syiah regional, kehadiran pasukan AS di Teluk, dan sanksi AS terhadap Iran.

Hubungan antara Amerika Serikat dan Iran, yang merupakan musuh selama lebih dari 40 tahun, menjadi sangat buruk sejak mantan Presiden AS Donald Trump pada tahun 2018 mengingkari kesepakatan untuk mengekang program nuklir Iran dan menerapkan kembali sanksi AS.

Washington mencurigai program tersebut mungkin bertujuan untuk mengembangkan senjata nuklir – sebuah ambisi yang dibantah oleh Teheran – yang dapat mengancam Israel atau sekutu AS di Teluk Arab.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken membiarkan pintu terbuka untuk diplomasi mengenai senjata nuklir, yang ia gambarkan sebagai “mungkin masalah nomor satu yang menjadi perhatian.” Namun menyatakan bahwa hal tersebut tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

“Saat ini, kami belum melakukan hal tersebut, namun kami akan melihat di masa depan apakah ada peluang,” katanya kepada wartawan di New York.

Analis Amerika menyuarakan skeptisisme bahwa kemajuan dalam masalah nuklir atau masalah lainnya mungkin akan segera terjadi.

Baca Juga: Pertukaran Tahanan AS-Iran Belum Disetujui Pompeo

“Pertukaran tahanan kemungkinan membuka jalan bagi diplomasi tambahan seputar program nuklir pada musim gugur ini, meskipun prospek untuk benar-benar mencapai kesepakatan sangat kecil,” kata Henry Rome, dari Washington Institute for Near East Policy.

“Menghilangkan iritasi berbeda dengan menambahkan salep,” kata Jon Alterman dari Pusat Studi Strategis dan Internasional.

SANKSI

Sebagai pertanda bahwa Biden, pendukung Demokrat, ingin bersikap keras terhadap Iran dan mungkin menumpulkan kritik dari Partai Republik, ia pun mengumumkan sanksi baru AS terhadap mantan presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dan kementerian intelijen Iran karena keterlibatan dalam penahanan yang salah.

“Kami akan terus mengenakan biaya pada Iran atas tindakan provokatif mereka di wilayah tersebut,” katanya dalam pernyataan tersebut. Ia pun berterima kasih kepada pemerintah Qatar, Oman, Swiss dan Korea Selatan atas bantuan mereka dalam menjamin pembebasan tersebut.

Qatar memediasi pembicaraan tidak langsung AS-Iran mengenai para tahanan sementara Swiss, --yang mewakili kepentingan AS di Teheran karena Amerika Serikat dan Iran tidak memiliki hubungan diplomatik, membantu transfer dana dari Korea Selatan ke Qatar.

Sebuah pesawat yang dikirim Qatar menerbangkan lima warga AS dan dua kerabat mereka keluar dari Teheran setelah kedua belah pihak mendapat konfirmasi bahwa dana US$6 miliar telah ditransfer dari Korea Selatan ke rekening Qatar, sebuah sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters.

Seorang tokoh Partai Republik, Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR Michael McCaul, mengatakan transfer dana sebesar US$6 miliar kemungkinan akan menyebabkan lebih banyak penahanan warga AS oleh Iran.

“Saya sangat prihatin bahwa kesepakatan penyanderaan senilai US$6 miliar ini akan memberikan insentif bagi penyanderaan di masa depan,” kata McCaul, dalam sebuah pernyataan melalui email. 

“Tidak ada keraguan bahwa kesepakatan ini akan memberikan dana bagi aktivitas jahat Iran,” tambahnya.

Para pembantu Biden berpendapat bahwa uang tersebut adalah milik Iran dan ditransfer dari rekening terbatas di Korea Selatan ke rekening terbatas di Qatar, yang mana dana tersebut hanya dapat dibelanjakan untuk makanan, obat-obatan, dan barang-barang kemanusiaan lainnya di bawah pengawasan AS.

Sebelumnya, dua dari lima warga Iran mendarat di Qatar. Tiga orang telah memilih untuk tidak kembali ke Iran.

Salah satu dari lima orang Amerika yang dibebaskan telah ditahan selama sekitar delapan tahun atas tuduhan yang ditolak Washington, karena dianggap tidak berdasar.

Kesepakatan itu, setelah perundingan berbulan-bulan di Qatar, menghilangkan kekesalan besar antara AS, yang mencap Teheran sebagai sponsor terorisme, dan Iran, yang sebaliknya, menyebut Washington sebagai “Setan Besar”.

Warga negara ganda AS yang dibebaskan termasuk Siamak Namazi , 51 tahun, dan Emad Sharqi, 59 tahun. Keduanya pengusaha, dan Morad Tahbaz, 67 tahun, seorang pemerhati lingkungan yang juga memiliki kewarganegaraan Inggris.

Identitas warga AS keempat dan kelima tidak diungkapkan atas permintaan mereka karena menginginkan privasi.

Para pejabat Iran telah menyebutkan lima warga Iran yang dibebaskan oleh AS sebagai Mehrdad Moin-Ansari, Kambiz Attar-Kashani, Reza Sarhangpour-Kafrani, Amin Hassanzadeh dan Kaveh Afrasiabi.

119