Yogyakarta, Gatra.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Yogyakarta melaporkan sebanyak 92 desa yang tersebar di empat kabupaten berstatus darurat siaga kekeringan karena kekurangan air bersih.
BMKG memprediksi terjadi pergeseran cuaca karena kemarau panjang akan berlangsung hingga akhir tahun dan hujan perdana akan turun awal 2024.
Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD DIY, Lilik Andy Aryanto, menerangkan akibat kemarau panjang, desa-desa tersebut mengalami kekeringan meteorologis yang mengakibatkan berkurangnya ketersediaan air bersih.
“Ini adalah tantangan serius yang membutuhkan upaya bersama dalam penanganan dan mitigasi dampak," ungkapnya, Kamis (19/10).
Tercatat Pemda DIY melakukan distribusi air bersih melalui Dinas Sosial, BPBD tingkat kabupaten, dan lembaga serta pihak swasta lainnya. Pada 17 Oktober telah didistribusikan air bersih sebanyak 25.386.000 liter, dengan alokasi terbesar di Gunungkidul.
“Kita berusaha keras memastikan masyarakat tetap memiliki akses ke air bersih selama musim kemarau ini. Upaya ini adalah bentuk perhatian kami terhadap kebutuhan dasar masyarakat," katanya.
Langkah lainnya dengan membuat 23 titik sumur bor di Gunungkidul, Sleman, dan Kulonprogo. Keberadaan 25 embung se-Yogyakarta juga dikelola maksimal untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih.
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Reny Kraningtyas, mengatakan cuaca yang sangat kering di Yogyakarta diperkirakan berlangsung hingga akhir tahun. Kondisi ini disebabkan adanya pengaruh dari fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) yang positif.
"Beberapa tahun terakhir, kita telah melihat peningkatan kekeringan dan perubahan pola cuaca yang signifikan di wilayah ini. El Nino yang lebih kering dari tahun sebelumnya dan pengaruh IOD positif telah memperparah situasi ini," kata Reny.
Dalam beberapa hari ini, suhu panas tertinggi yang tercatat BMKG adalah 33 derajat Celcius bahkan pernah hingga 35 derajat Celcius. Angka ini lebih rendah dari yang terjadi di Semarang.
“Memang angka suhu ini berbeda dengan aplikasi (di smartphone) yang disebut hingga 38," imbuhnya.
Puncak musim hujan diperkirakan terjadi Februari 2024, dengan durasi mencapai 13-21 dasarian atau sekitar 5 hingga 7 bulan. Musim hujan diperkirakan berakhir pada April, kecuali di bagian utara Kulonprogo yang berakhir di Mei.