Rimba Papua, Gatra.com - Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Kodap XVI Yahukimo mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan 7 anggota intelijen TNI, yang pekerja tambang emas ilegal, di Kali I, Distrik Seradala, Kabupaten Yakuhimo Provinsi Papua Pegunungan, pada Senin (16/10).
Juru Bicara TPNPB, Sebby Sambom, mengatakan pembunuhan tujuh pekerja tambang susupan TNI Polri itu dilakukan Pasukan Khusus TPNPB Kodap III Ndugama dan Kodap XVI Yahukimo.
“Jangan tuding pihak lain. Kami, TPNPB OPM bertanggung jawab atas pembunuhan itu. Kodap XVI Yahukimo Brigadir Jendral Elkius Kobak danprajuritnya yang membunuh mereka,” kata Sebby Sambom kepada Gatra.com, Selasa (19/10).
Tambang emas di Distrik Seradala Yakuhimo itu tegas Sebby Sambom adalah illegal dimana para pekerjanya adalah susupan intelijen TNI Polri sebagai pekerja.
Baca Juga: TPNPB OPM Klaim Tembak Anggota TNI/Polri, Begini Kenyataannya, Korban Selamat
“Kami memiliki data akurat bahwa para pekerja ditambang emas illegal tersebut ada susupan intelijen TNI Polri. Karena itu kami, TPNPB tidak akan berkompromi dan menembak mati mereka,” jelas Sebby.
Sebby menyebutkan operasi yang pasukan gabungan Yaitu TPNPB Kodap III Ndugama Dan TPNPB Kodab XVI Yahukimo itu dilakukan setelah mengetahui susupan intelijen TNI dan Pori, sebagai pekerja di tambang illegal itu.
Pembunuhan ini juga dilakukan karena sudah berulangkali mengingatkan warga baik pendatang dan asli Papua untuk tidak dijadikan mata –mata TNI/Polri
“Kami sudah ingatkan berulangkali agar jangan jadi mata –mata TNI Polri. Karena bagi TPNPB OPM tidak pandang bulu entah itu warga pendatang atau asli Papua. Yang diketahui menjadi mata –mata, susupan intlijen TNI Polri, kami akan tembak mati. Itu harga mati. Karena itu kami ingatkan, kembali, jangan mau dijadikan mata –mata. Karena jika mati, nyawa kalian tidak diganti,” kata Sebby.
Baca Juga: Aktivis: Kasus Penembakan di Papua Terus Terjadi
Sebby menyebut, TPNPB sekali lagi mengingatkan semua warga sipil di Yahukimo khususnya pendatang segera tinggalkan wilayah Papua.
“Kami minta untuk semua warga pendatang atau juga orang asli Papua yang menjadi mata mata segera angkat kaki, tinggalkan Papua. Khusus orang asli Papua, sudah ada data di kami. Tinggal saja waktunya untuk dieksekusi,” ungkap Sebby.
Belum ada keterangan pihak TNI/Polri terkait masalah ini.