Gaza, Gatra.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dikuasai Hamas di Gaza mengatakan bahwa 24 pasien di sebuah rumah sakit di Gaza yang dilanda perang, telah meninggal dalam waktu 48 jam karena pemadaman listrik, ketika pasukan Israel mencari tempat persembunyian Hamas, pada hari Jumat (17/11).
AFP, Jumat (17/11) melaporkan, pemberitahuan itu muncul tak lama setelah Israel menyetujui permintaan AS, untuk mengizinkan dua truk bahan bakar setiap hari memasuki Gaza, menyusul peringatan PBB bahwa kekurangan bahan bakar telah menghentikan pengiriman bantuan dan membuat orang berisiko kelaparan.
Situasi yang mengerikan terjadi di rumah sakit Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, yang menurut tentara Israel sedang digeledah pada hari ketiga, untuk mencari tempat persembunyian para pejuang sayap bersenjata gerakan Islam tersebut.
Hamas menolak tuduhan Israel bahwa mereka memiliki pusat komando di rumah sakit, di mana ribuan orang, termasuk pasien yang terluka dan bayi prematur, diyakini berada di dalamnya. Pihak rumah sakit juga membantah klaim tersebut.
Israel telah berjanji untuk “menghancurkan” Hamas sebagai respons terhadap serangan kelompok itu pada 7 Oktober, ketika mereka menerobos perbatasan militer Gaza yang menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 240 orang, menurut pejabat Israel.
Sedangkan serangan udara dan darat tentara Israel telah menewaskan 12.000 orang, termasuk 5.000 anak-anak, menurut Hamas, yang telah menguasai Gaza sejak 2007.
“Dua puluh empat pasien… telah meninggal dalam 48 jam terakhir” di rumah sakit Al-Shifa “karena peralatan medis penting berhenti berfungsi karena pemadaman listrik”, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra.
Menanggapi permintaan AS, “pasukan perang Israel dengan suara bulat setuju untuk menyediakan dua tanker bahan bakar sehari, untuk menjalankan fasilitas pengolahan air limbah... yang menghadapi kehancuran karena kekurangan listrik”, kata penasihat keamanan nasional Tzachi Hanegbi.
“Kami mengambil keputusan itu untuk mencegah penyebaran epidemi. Kita tidak memerlukan epidemi yang akan merugikan warga sipil atau pejuang kita. Jika ada epidemi, pertempuran akan berhenti,” katanya.
Seorang pejabat senior AS mengatakan bahwa Washington telah memberikan tekanan besar terhadap Israel selama berminggu-minggu untuk mengizinkan bahan bakar masuk melalui penyeberangan Rafah dari Mesir. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menjelaskan bahwa Israel perlu segera bertindak untuk menghindari bencana kemanusiaan.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan 70 persen orang tidak memiliki akses terhadap air bersih di Gaza selatan, tempat limbah mentah mulai mengalir ke jalan-jalan.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, kata pejabat AS, akan dimulai pada hari Sabtu, maka 140.000 liter (37.000 galon) bahan bakar akan diperbolehkan setiap 48 jam, dimana 20.000 liter akan digunakan murni untuk menggerakkan generator komunikasi.
Hal ini terjadi setelah truk bantuan tidak dapat memasuki Gaza dari Mesir selama dua hari berturut-turut. Terjadi kekurangan bahan bakar dan pemadaman komunikasi total.