Depok, Gatra.com – Saleh Husin mengatakan, hilirisasi industri kelapa sawit merupakan cara Indonesia dapat melepaskan diri dari “kutukan” resource curse sumber daya alam.
“Hilirisasi dapat membantu kita terlepas dari resource curse berikut middle income trap,” kata Saleh menyampaikan disertasinya “Hilirisasi Industri Sawit untuk Memperkuat Perekonomian Nasional dan Meningkatkan Posisi Tawar Indonesia dalam Perdagangan Dunia” di Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Sabtu (24/2).
Saleh dalam sidang terbuka Promosi Doktor yang digelar Program Doktor Kajian Stratejik dan Global (KSG) Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) ini, menyampaikan, hilirisasi sangat tepat karena mendorong inovasi.
Dengan demikian, kata mantan Menteri Perindustrian (Menperin) ini, ketergantungan pada sumber daya tertentu semakin berkurang, bersamaan dengan terciptanya diversifikasi basis industri yang menghadirkan beragam produk bernilai tambah.
“Hal ini turut mengubah karakteristik industri yang tidak lagi mengandalkan ekstraksi berikut ekspor bahan mentah yang rentan terhadap fluktuasi harga komoditas, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat berlangsung secara berkelanjutan,” ujarnya.
Managing Director Sinar Mas ini lebih lanjut menyampaikan posisi Indonesia selaku negara penghasil sekaligus pengguna minyak kelapa sawit terbesar di dunia menghadapi tantangan besar dalam aspek penghiliran.
“Padahal, strategi hilirisasi yang terencana dengan tepat, berikut penerapannya yang menyeluruh dapat membawa dampak positif,” katanya.
Dampak tersebut tak saja bagi para pemangku kepentingan di sektor kelapa sawit, namun lebih luas lagi, yakni bagi perekonomian bangsa, termasuk memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan internasional.
Saleh berpandangan, sebagai produsen utama dunia, penting bagi Indonesia untuk memiliki kebijakan dan strategi pengembangan penghiliran industri kelapa sawit nasional.
Ini agar Indonesia tidak sampai terperosok dalam fenomena kutukan sumber daya alam dan perangkap pendapatan menengah, di mana melimpahnya sumber daya alam justru tidak mampu menjembatani pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Ia mengilustrasikan penghiliran di sektor industri kelapa sawit dapat memberikan nilai tambah yang tinggi pada produk turunan minyak kelapa sawit, mendorong pemanfaatannya di dalam negeri, menciptakan pendalaman industri, yakni berkembanganya berbagai industri pendukung lainnya.
Ini juga sekaligus mendongkrak nilai ekspor dan secara otomatis meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB). Petani dengan sendirinya akan meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman mereka karena buah sawit yang dihasilkan semakin tinggi nilainya.
“Peningkatan pendapatan berarti meningkatnya kesejahteraan petani, yang kemudian berkontribusi pada peningkatan PDB,” ujarnya.
Sidang terbuka Promosi Doktor ini digelar Program Doktor Kajian Stratejik dan Global (KSG) Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI).
Sidang terbuka di Makara Art Center UI dipimpin oleh Athor Subroto, Ph.D. Adapun tim promotornya diketuai oleh Prof Chandra Wijaja dengan Dr. A. Hanief Saha Ghafur dan T.M. Zakir Sjakur Machmud, Ph.D selaku anggotanya.
Sedangkan penguji terdiri dari Dr. Fibria Indriati M., Henny Saptatia D.N. Ph.D, Muliadi Widjaja Ph.D, Mohammad Dian Revindo Ph.D, dan M. Syaroni Rofli Ph.D.
“Tim Penguji untuk mengangkat saudara Salah Husin dalam Program Studi Kajian Stratejik dan Global dengan yudisium suma cumma cum laude dengan IPK 3,96,” kata Athor Subroto, S.E., M.M., M.A., Ph.D.
Athor menyampaikan, pihaknya menyatakan Saleh Husin selaku mahasiswa Program Doktoral (S3) Sekolah Kajian Stratejik dan Golbal UI berhak menyandang gelar doktor setelah mendengarkan laporan promotor Prof. Dr. Chandra Wijaya, M.Si., M.M., mengenai pengembangan keahlian Saleh Husin.
“Ketua program studi telah melaporkan hasil ujian sidang tertutup dan capaian artikel ilmiah hasil riset saudara,” katanya.