Jakarta, Gatra.com - Kurator Perencanaan dan Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) Ridwan Kamil buka suara terkait alasan mengapa Ibu Kota pindah ke IKN. Menurutnya DKI Jakarta tidak pernah disiapkan untuk menjadi Ibu Kota Indonesia.
“Jakarta dari dulu tidak pernah disiapkan untuk jadi Ibu Kota. Itu kalimat penting pertama, saya ulangi, Jakarta dari dulu tidak pernah disiapkan jadi ibu kota Republik Indonesia,” kata Pria yang akrab disapa Kang Emil itu di acara Rakornas IKN di Hotel Indonesia Kempinski, Kamis (14/3).
Dalam kesempatan itu, ia juga mengungkapkan bahwa, Jakarta menjadi Ibu Kota Indonesia secara tidak sengaja bahkan terpaksa. Sehingga Ibu Kota Indonesia memang harus dipindahkan ke wilayah lain, dalam hal ini sudah diputusakan akan pindah ke Kalimantan Utara.
“Maka kalau ditanya kenapa harus pindah ke IKN, jawabannya yang pertama tadi, Jakarta tidak pernah disiapkan untuk Ibu Kota,” tegasnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa, pembangunan IKN bukanlah ide dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurut Kang Emil, Jokowi hanya mengimplementasikan sejarah.
“Jadi dulu, Batavia itu tidak layak jadi Ibu Kota Pemerintah Kolonial Belanda. Banyak penyakit, ada wabah seperti Covid namanya Malaria Sundanica, maka dipindahkanlah ibu kota kolonial Belanda itu ke Bandung. Kira-kira begitu,” jelasnya.
Gubernur Jawa Barat periode 2018-2023 itu juga bercerita bahwa, jika sejarah tidak bergeser, maka yang menjadi Ibu Kota Indonesia versi kolonial Belanda adalah Bandung. Namun, rencana tersebut gagal karena pada 1929 ada depresi besar ekonomi dunia dan ditambah pada 1942 kedatangan Jepang, membuat IKN versi pemerintah kolonial Belanda tersebut runtuh.
“Jadi, IKN itu sudah dari dulu. Bukan sekarang. Kemudian, Presiden Sukarno tahun 50-an memindahkan gagasan ke Kalimantan, ke Palangkaraya, tidak terwujud karena baru merdeka. Anggaran tidak cukup, politik masih ramai dan seterusnya. Zaman Pak Harto ke Jonggol. Spekulan tanah, udah habisin tuh tanah di Bogor sana, eh kecele, keburu sejarah reformasi,” jelas Kang Emil.
“Nah di era Pak Jokowi lah kebutuhan sejarah itu diputuskan. Jadi kita harus mendukung keputusan besar bangsa ini,” tambahnya.
Menurut Kang Emil, pemindahan Ibu Kota ke IKN bukanlah urusan polotik praktis, namun menjadi sebuah ambisi besar tanah air sebagai negara adidaya terbesar keempat di dunia.
“Dan negara adidaya itu bernama Indonesia nomor empat dunia, harus punya ibu kota sebagai etalase, sebagai wajah bahwa kita bangsa yang maju. Dan Bapak-Bapak yang duduk di sini, Bapak-Ibu harus bersyukur karena kita menjadi pelaku sejarah di hari ini,” imbuhnya.