Nduga, Gatra.com – Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) menolak keras dan menantang ultimatum Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III (Pangkogabwilhan), Letjen TNI Richard Tampubolon, untuk segera membebaskan pilot Susy Air, Philip Mark Marthens.
Pangkogabwilhan III Letjen TNI Richard Tampubolon melalui keterangannya kepada media ini, Minggu (31/03/24) bahwa rekam jejak kejahatan dan kebiadaban KKB (TPNPB OPM) tidak berperikemanusiaan sudah tergambarkan dengan jelas.
Mereka semakin hari semakin brutal, biadab dan tidak berperikemanusiaan melakukan tindakan anarkistis dan pembantaian di sekitaran Papua. Pangkogabwilhan III pun mengultimatum TPNPB OPM untuk segera membebaskan pilot Susy Air yang sudah setahun disandera.
Menanggapi pernyataan Pangkogabwilhan III ini, juru bicara TPNPB, Sebby Sambom, malah membantah dan menantang. Pihaknya tidak akan membebaskan pilot Susy Air sampai Papua merdeka.
“Saya menilai pernyataan Pangkogabwilhan III itu tidak ratio, tidak berbobot bahkan primitif. Pertama, kami TPNPB OPM tidak mungkin membunuh saudara kami orang asli Papua. Kedua, sebaliknya yang membunuh, menyiksa itu teroris Indonesia, TNI, Polri. Jadi jangan balikan fakta,” kata Sebby Sambom dalam rilisnya berupa voice note kepada Gatra.com, Senin malam (1/4).
Dalam pernyataan Pangkogabwilhan III itu juga, lanjut Sebby, TPNPB OPM diultimatum untuk segera membebaskan pilot Susy Air, Philip Mark Marthens, yang ditangkap dan ditawan Egianus Kogeya pada 7 Februari 2023 lalu.
“Kami diultimatum segera membebaskan pilot Susy Air. Ini ultimatum kekanak-kanakan. Perlu saya tegaskan lagi bahwa kami tawan pilot itu untuk kepentingan Papua merdeka. Sebetulnya kami sudah rencanakan bebaskan dan serahkan melalaui pihak negara ketiga. Namun dengan pernyataan dan ultimatum ini, kami akan terus tawan, sampai Papua merdeka baru kami lepas,” ujar Sebby.
Sebelumnya, Pangkogabwilhan III, Letjen TNI Richard Tampubolon, mengultimatum KKB Papua yang semakin hari semakin brutal, biadab, dan tidak berperikemanusiaan melakukan tindakan anarkistis dan pembantaian di sekitaran Papua.
"Mulai dari pembantaian terhadap masyarakat Orang Asli Papua (OAP) maupun masyarakat pendatang yang tidak bersalah, hingga serangan terhadap aparat yang bertugas membantu masyarakat," katanya.
Menurut Jenderal Kopassus ini, KKB tak henti-hentinya mengganggu dan menyerang aparat keamanan yang bertugas menjaga Papua dalam rangka mendukung percepatan pembangunan kesejahteraan bagi kemajuan Papua dan Papua Barat sesuai dengan Inpres No. 9 Tahun 2020.
"Bahkan KKB dengan kejamnya menyandera Pilot Susi Air Philips Mark Marthens, warga negara Selandia Baru, selama lebih dari setahun," jelas Richard.
Dengan perilaku KKB selama ini, situasi di Papua menjadi tidak kondusif dan sangat menghambat proses pembangunan untuk kemajuan daerah tersebut. Oleh karena itu, Richard dengan tegas mengeluarkan imbauan kepada KKB Papua, yakni:
1. Segera bebaskan Pilot Philips Mark Marthens karena penawanan pilot tersebut sangat menghambat transportasi masyarakat OAP termasuk suplai logistik, khususnya di distrik terisolir.
2. Pembantaian terhadap masyarakat sipil yang tidak bersalah dihentikan, serta penggunaan perempuan dan anak-anak sebagai pendukung operasi KKB.
Mantan Pangdam Pattimura ini menjelaskan, KKB juga telah menyasar tenaga pendidik, tenaga kesehatan, dan semua pekerja yang berkontribusi dalam membangun kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil, tertinggal, dan terisolir.
Richard dengan nada tegas meminta KKB untuk menghentikan penyerangan terhadap aparat yang bertugas menjaga keamanan di Papua dalam mendukung percepatan pembangunan untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Papua.
"Saya tegaskan kembali agar KKB mengindahkan apa yang saya sampaikan, demi terwujudnya Papua sebagai surga dunia yang damai, indah, dan maju," ungkapnya.
Diberitakan Gatra.com sebelumnya, Philip Mark Mehrtens ditangkap dan disandera Panglima Kodap III Ndugama, Brigjen Egianus Kogeya, bersama pasukannya di Lapangan Udara Paro, Nduga, pada 7 Februari 2023 lalu.
Saat itu, Brigjen Egianus Kogeya bersama pasukannya menyerang dan merusak pesawat sipil Susi Air yang diawaki Kapten Philip. Sejak itu Kapten Philip disandera dan ditawan hingga sekarang.