Yogyakarta, Gatra.com - Penyandang disabilitas harus turut mendapat perhatian lebih dalam proses transformasi teknologi digital yang semakin pesat. Transformasi digital yang inklusif dapat tercapai ketika penyandang disabilitas berpartisipasi aktif dan bermakna.
Hal ini mengemuka dalam lokakarya “Transformasi Digital yang Inklusif mewujudkan Penyandang Disabilitas Berdaya Saing di Era Digital”, gelaran Difapedi, Center for Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI), dan Prodi Studi Islam Interdisipliner Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta di kampus tersebut di Sleman, Sabtu (11/5).
“Tidak sedikit dari penyandang disabilitas belum bisa mengakses semua layanan digital. Hal ini berdampak pada upaya pemanfaatan sektor digital di kalangan penyandang disabilitas,” kata Mukhanif Yasin Yusup, Direktur Difapedia, sebuah komunitas pemberdayaan disabilitas berbasis media digital.
Untuk itu, menurut dia, acara ini diselenggarakan agar penyandang disabilitas memiliki akses dan kompetensi di sektor digital yang bermanfaat untuk keperluan branding diri, advokasi, dan kesejahteraan sosial-ekonomi penyandang disabilitas.
Praktisi marketplace dari Internet Marketers Nahdlatul Ulama (IMNU), Muhammad Uwais, menyatakan pentingnya memastikan transformasi digital berlangsung secara inklusif dengan mempertimbangkan kelompok difabel di Indonesia yang berjumlah lebih dari 22 juta orang.
Melalui workshop ini, penyandang disabilitas diharapkan dapat memanfaatkan sektor digital untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi mereka, seperti lewat pembentukan UMKM secara digital.
Ia pun memberi tips lima strategi untuk pengembangan UMKM difabel, yaitu memilih marketplace yang aksesibel bagi kelompok difabel, mengoptimalkan deskripsi produk yang aksesibel, misalnya kontras warna, ukuran teks, format ramah difabel, dan memanfaatkan fitur bantuan pelanggan untuk memberikan layanan yang akomodatif bagi kelompok difabel.
"Selain itu bisa dengan mempelajari panduan akses dan fitur aksesibilitas yang disediakan marketplace dan berkoordinasi dengan marketplace untuk meningkatkan aksesibilitas penjual/produk bagi kelompok difabel," paparnya.
Kegiatan yang didukung Telkom dan Lokallate ini diikuti sekitar 120 peserta yang terdiri dari civitas UNU Yogyakarta dan para penyandang disabilitas.
Salah satu kreator konten, Lalu Bintang Wahyu Putra, juga menekankan pemanfaatan media digital sebagai alat advokasi terkait disabilitas. “Difabel perlu bergerak di dunia digital karena suara difabel paling kuat dibanding suara yang nondifabel. Publik belum banyak yang tahu kondisi nyata yang dialami difabel dan pentingnya sudut pandang langsung dari difabel,” tandasnya.
Dalam sambutannya, Direktur Center for GEDSI UNU Yogyakarta, Wiwin Siti Aminah Rohmawati, mengungkapkan, peningkatan kapasitas literasi digital bagi difabel sangat penting untuk mewujudkan kesetaraan akses dan kesempatan bagi seluruh warga negara.
"Kegiatan ini diselenggarakan sebagai salah satu upaya UNU Yogyakarta untuk membangun kampus inklusif yang memberi manfaat bagi semua kalangan, termasuk difabel," ujarnya.