Home Ekonomi Bahlil Sebut Pemerintah Genjot Hilirisasi di Papua Agar Tak Lagi Andalkan Dana Otsus

Bahlil Sebut Pemerintah Genjot Hilirisasi di Papua Agar Tak Lagi Andalkan Dana Otsus

Jakarta, Gatra.com – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa, Pemerintah sangat serius untuk menjaga pembangunan di Papua, utamanya terkait hilirisasi. Hal tersebut dilakukan agar Papua tidak terus mengandalkan dana otonomi khusus (otsus).

Hal itu ia sampaikan dalam pertemuan dan dialog dengan para mahasiswa Indonesia asal Papua di Melbourne, Australia pada Minggu (12/5) siang.

"Adik-adik kuliah baik-baik karena apa, Papua masa depannya akan dibangun. Tidak bisa terus mengandalkan otsus, kalau tidak bisa mengelola anggaran. Dana otsus ini hanya afirmatif kepada orang Papua, supaya bisa sejajar dengan saudara-saudaranya di wilayah lain," kata Bahlil dalam keterangan resmi pada Senin (13/5).

Menurut Bahlil, agar Papua bisa maju, pemerintah saat ini tengah mengembangkan hilirisasi, salah satunya rencana pembangunan smelter PT Freeport di Papua. "Dengan pemerintah nantinya menguasai 61% saham Freeport, pembangunan smelter di Papua makin terbuka," jelasnya.

Selain pembangunan pabrik pupuk di Papua, kata Bahlil, Pemerintah juga akan mengembangkan industri gula dan etanol dari tebu. Pemerintah baru saja membentuk Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.

Pembentukan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 15 Tahun 2024 yang ditandatangani Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 19 April 2024 di mana Menteri Investasi ditunjuk sebagai Ketua Satuan Tugas-nya.

Bahlil mengatakan, percepatan hilirisasi di Papua ini tidak lepas dari upaya pemerintah menciptakan lapangan kerja bagi mahasiswa-mahasiswa Papua baik di dalam maupun di luar negeri. Dia mencontohkan sejumlah daerah yang mengembangkan hilirisasi seperti Morowali dan Halmahera telah menciptakan lapangan kerja yang luas di wilayah itu, termasuk Sorong.

"Sorong luar biasa maju. Kawasan ekonomi khusus untuk bersaing dengan kawasan industri di Maluku Utara. Di Sorong didorong pupuk dan blue ethanol di Bintuni. Demikian juga di Nabire blok eks Freeport. Semua bisa dilakukan kalau kita siap. Prospek bagus untuk Papua. Teman-teman di luar negeri bisa balik atau tinggal sementara di sini cari pengalaman dulu untuk menginspirasi teman- teman di Papua sana. Setelah pengalaman ada, balik dan kerja," pungkas Bahlil.

Untuk diketahui, berdasarkan data tahun 2023, terdapat 5.279 mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di negara bagian Victoria. Para mahasiswa ini melanjutkan pendidikan di Australia dengan dukungan dari beragam sumber pendanaan antara lain yaitu beasiswa Australia Awards Scholarship, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, dan Otonomi Khusus.

362