Jakarta, Gatra.com - Senyumuseum mengadakan pameran tunggal Sasya Tranggono bertajuk “From Jakarta With Love”. Pameran yang diadakan di PITA Showroom, kawasan SCBD, Jakarta ini menampilkan karya-karya Sasya yang dibagi dalam tiga klasifikasi: Bunga, Wayang, dan Kupu-kupu.
Salah satu karya yang ditampilkan adalah lukisan berjudul “Last Supper #3”. Ini adalah karya seni lukisyang terinspirasi dari karya Leonardo da Vinci berjudul Last Supper atau Perjamuan Terakhir. Bedanya, di lukisan buatannya ini Sasya menampilkan ke-12 rasul dengan gaya seperti wayang golek yang menggunakan pakaian khas Jawa serta mengenakan kain batik.
Sasya Tranggono adalah alumni dari Universitas Syracuse di New York dan Sekolah Manajemen Rotterdam di Universitas Erasmus, Belanda. Ia juga sempat mengikuti workshop seni di Vrije Academie Rotterdam (1995) dan tergabung dalam Werve Shell Art Club di Den Haag, Belanda (1995).
Baca Juga: Dunia Fantasi Patricia Piccinini: Chimera dan Refleksi Kehidupan di Museum MACAN
Pada 2018, ia meluncurkan buku berjudul “FAITH” yang berisikan biografi dan perjalanan berkaryanya. Selama puluhan tahun berkarya, ia sudah banyak mengikuti kegiatan pameran baik di dalam maupun luar negeri, seperti Belanda, Singapura, Malaysia, Filipina, Bulgaria, dan Portugal.
Beberapa pameran yang dia ikuti di antaranya adalah pameran “From Indonesia With Love” Museu Do Oriente, Lisboa – Portugal (2019); A Solo Exhibition “FAITH, HOPE & LOVE” by Sasya Tranggono di Fairmount Hotel (2020); “Wayang: A Moment in Life” - Solo Exhibition di The Shopping Gallery Hilton, Singapura (2021); dan pameran daring di Art Moments Jakarta Online 2 oleh Sasyita Heritage Gallery (2021).
Co-Founder & CEO SenyuMuseum, Wilbert J. Deil, mengatakan bahwa Sasya Tranggono merupakan seniman yang menempatkan kehidupan dan pengalaman pribadinya sebagai sumber inspirasi sehingga mewakili keterikatannya yang erat dengan budaya tradisional. Maka dari itu dalam setiap karyanya terdapat jejak yang menuntun pada akar-akar kebudayaan yang kuat.
Baca Juga: Pameran Komunitas Salihara: Menelusuri Jejak Relief Era Soekarno
Dalam seri karyanya yang menampilkan figur wayang, kata Wilbert, Sasya tidak hanya menghadirkan gambaran visual akan budaya leluhurnya tapi juga dipadu dengan modernitas. “Penggunaan figur wayang yang kuat menjadi representasi visual yang memukau tentang bagaimana nilai-nilai tradisional dapat diresapi dan diinterpretasikan kembali dalam karya seni kontemporer,” ucap Wilbert.
Perpaduan unik antara inspirasi dari tempat tinggalnya dan kekayaan budaya tradisional yang dimiliki Sasya Tranggono menciptakan karya seni yang memikat dan menggugah pikiran. “Pameran ini bukan sekadar pameran visual, tetapi juga sebuah perjalanan mendalam ke dalam kompleksitas budaya yang terus berkembang di tengah dinamika modern,” kata Wilbert.