Home Hiburan Perebutan Pengaruh dan Kekuasaan di Pentas “Calon Lawan” Indonesia Kita

Perebutan Pengaruh dan Kekuasaan di Pentas “Calon Lawan” Indonesia Kita

Jakarta, Gatra.com - Indonesia Kita menampilkan lakon “Calon Lawan” di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, 20-21 Oktober 2023. Kisah “Calon Lawan” menampilkan dunia pertarungan bawah tanah di mana para kelompok saling berebut pengaruh dan kekuasaan.

Kedua kelompok yang berseteru tersebut adalah kelompok pimpinan Marwoto melawan kelompok lain yang dipimpin oleh Cak Lontong. Awalnya, keduanya saling berbagi pengaruh dan kuasa menggunakan cara-cara premanisme kepada warga sekitar. Hingga akhirnya batasan tersebut diterabas dan kedua kelompok ini bertikai satu sama lain.

Baca Juga: Indonesia Kita Usung Lakon Pertarungan Dunia Bawah Tanah Menyambut Pesta Elektoral

Masing-masing kelompok melibatkan jagoan-jagoan terbaik miliknya (mereka adalah atlet seni bela diri wushu). Saat situasi kian menegangkan, muncul beberapa kejadian misterius yang membuat masing-masing kubu saling curiga. Sebut saja, ada beberapa penyerangan, tetapi tidak diketahui siapa yang melakukan. Baik itu kubu Marwoto maupun kubu Cak Lontong tidak ada yang merasa melakukan penyerangan tersebut.

Pementasan lakon Calon Lawan oleh Indonesia Kita di Graha Bhakti Budaya (Gatra/Adi Wijaya)
Pementasan lakon Calon Lawan oleh Indonesia Kita di Graha Bhakti Budaya (Gatra/Adi Wijaya)

Situasi ini mendorong dugaan bahwa ada sosok jagoan misterius yang tak terlihat dan bergerak cepat melebihi bayangan. Sebagai lawan, sosok itu bagai tak terlihat, tetapi memiliki kekuatan yang hebat. Jagoan misterius adalah sosok lawan yang penuh siasat.

Karena cemas dengan kondisi ini, kedua kelompok itu kemudian bersatu dan melupakan perselisihan yang terjadi sebelumnya. Mereka bergabung untuk melawan sosok tak terlihat ini dan mencari tahu siapa identitas dia sebenarnya.

Penulis dan Direktur Artistik 'Calon Lawan', Agus Noor mengungkapkan, lakon “Calon Lawan” menjadi momen pemanasan bagi publik dan para calon presiden sebelum pemilihan presiden pada Februari 2024. Agus menyebut, pada waktu seperti sekarang, akan terjadi kontestasi untuk mendapatkan pemberitaan, termasuk panggung seni.

Baca Juga: Gelaran FTJ ke-50, Siasat Bertahan Menghadapi Modernitas Teater yang Berjarak

"Pada saat seperti itulah, para pemimpin membutuhkan panggung seni sebagai bagian yang meramaikan panggung politik mereka. Mereka datang ke konser musik, bukan untuk menonton, tetapi agar disorot dan muncul di banyak media. Acara-acara seni banyak digelar dan diadakan dalam keriuhan politik, tetapi semua itu hanya menjadi cara untuk mengundang dan menghibur massa," kata Agus Noor.

Adapun Pendiri Indonesia Kita, Butet Kartaredjasa, mengatakan bahwa pementasan “Calon Lawan” menjadi pengingat bagi para wakil rakyat untuk tidak lalai dan meninggalkan janji yang pernah diungkap terhadap para pemilih. Di sisi lain, 'Calon Lawan' juga mengajak masyarakat untuk menyambut pilpres mendatang dengan gembira serta tenang menghadapi perbedaan pilihan dan pendapat.

"Tidak perlu kita sampai harus berseteru di level horizontal, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di panggung politik yang sesungguhnya nanti. Marilah kita terus bersatu dalam kebhinekaan kita," ujar Butet.

136