Home Hiburan Roter Himmel, Tentang Api yang Membakar Hutan dan Ego yang Salah Tempat

Roter Himmel, Tentang Api yang Membakar Hutan dan Ego yang Salah Tempat

Jakarta, Gatra.com - Di Jakarta, KinoFest 2023 dibuka dengan Roter Himmel, film garapan sutradara Christian Petzold yang dirilis pada tahun 2023. Film peraih penghargaan Silver Bear Grand Jury Prize pada Berlin International Film Festival (Berlinale) 2023 ini mengangkat kisah empat orang muda yang bertemu di sebuah rumah liburan di tepi Laut Baltik pada musim panas. Saat kebakaran hutan melanda, emosi mereka pun meletup-letup: kebahagiaan, nafsu dan cinta berhadapan dengan kecemburuan, amarah dan ketegangan.

Pada pembukaan KinoFest 2023, Petzold menyapa penonton melalui rekaman video dan mengatakan “Roter Himmel termasuk syuting paling menyenangkan yang pernah saya jalani. Mungkin ada hubungannya dengan suasana melankolis atau bahkan sentimental yang menyelubungi kegiatan syuting, seakan-akan film itu bukan film tentang musim panas, melainkan tentang musim gugur, atau seakan-akan musim panas segera tinggal kenangan untuk selamanya. Tapi sekarang kita alami lagi seperti apa musim panas itu atau seperti apa film musim panas seharusnya.”

Dalam film ini, Leon yang diperankan oleh Thomas Schubert digambarkan sebagai sosok pemarah. Dia adalah seorang penulis buku yang mengalami kekeringan kreatifitas saat diburu oleh deadline penyelesaian buku berikutnya, Club Sandwich. Leon sebenarnya tidak puas dengan tulisannya tetapi dia tidak mau mengakuinya.

Baca Juga: KinoFest 2023 Resmi Dibuka di Jakarta, Fokus pada Keragaman dan Eksperimen Artistik

Terperosok dalam keadaan frustasi, rasa tidak aman dan kecemasan, Leon mengikuti temannya bernama Felix -seorang fotografer yang juga sedang menyelesaikan portfolionya- ke rumah keluarganya di pedesaan untuk mencari kedamaian dan ketenangan. Namun bukan kedamaian yang dia dapatkan melainkan keterkejutan yang datang berkali-kali atas tingkah Nadja, yang diperankan oleh Paula Beer.

Pada saat yang sama, laporan mengenai kebakaran hutan mulai merembes ke lokasi peristirahatan mereka, seiring dengan kobaran api yang perlahan-lahan melanda kawasan hutan di sekitar mereka. Saat tokoh-tokoh itu memandang ke langit yang bermandikan warna merah menyala, menunggu datangnya api dan kehancuran, mereka juga sedang terjebak dalam kehancuran dan jaringan ketegangan seksual yang liar dan frustasi profesional.

Beberapa bagian menarik dari Roter Himmel bisa dilihat dari pemeranan Nadja dimana keceriaan dan keeksentrikannya di bagian awal, yang ditonjolkan oleh ucapannya yang unik, ternyata sangat seimbang dengan pemikirannya kemudian yang berisi kerapuhan dan ketidakkekalan dari kegembiraan dan keajaiban hidup. Pemeranan Leon oleh Schubert juga dengan meyakinkan bisa menggambarkan sifat mementingkan diri sendiri dan kesengsaraannya, meskipun kadang-kadang mengarah ke hal yang tidak disukai.

Leon selalu berhadapan dengan kecemburuan dan kekesalan. Pertama terhadap Nadja dan pacarnya, penjaga pantai, Devid (Enno Trebs), kemudian terhadap pandangan penerbitnya Helmut (Matthias Brandt) tentang Nadja. Sikap Leon berkembang sedemikian rupa untuk menyembunyikan ketertarikan dan keinginannya terhadap Nadja. Sikap ini membentuk narasi sentral di film ini dan membuatnya menjadi hidup.

Kemudian memasuki bagian akhir plotnya bergeser dari eksplorasi tentang kecemasan penulis yang terisolasi ke gambaran mimpi tentang nafsu dan romansa yang tidak terkendali. Lalu ke komedi tragis tentang kehilangan dan rehabilitasi. Film ini menjadi sajian dengan menu utama berupa racikan antara humor, patah hati, dan pertanyaan tentang krisis eksistensial.

Roter Himmel yang dalam bahasa inggris diterjemahkan menjadi “Afire” memang menitikberatkan kisahnya tentang sebuah api yang membakar. Di satu sisi ada api yang memorak-porandakan negeri itu, tetapi di sisi lain, di dalam diri Leon, satu-satunya api yang ia nyalakan adalah egonya yang salah tempat. Dan kita bisa saja berasumsi bahwa api itu secara harafiah hanyalah metafora, namun keduanya memang membakar dan bisa menghancurkan.

133