Home Hiburan KPU Luncurkan Kejarlah Janji: Supaya Tak Ada Lagi Perpecahan Politik di WA Keluarga

KPU Luncurkan Kejarlah Janji: Supaya Tak Ada Lagi Perpecahan Politik di WA Keluarga

Jakarta, Gatra.com– Komisi Pemilihan Umum (KPU) mempersembahkan sebuah film bertema pendidikan politik bertajuk Kejarlah Janji pada Jumat, (15/9), di Epicentrum XXI, Jakarta Selatan. Film ini dibuat demi menumpas sisa-sisa perpecahan politik imbas polarisasi di pemilu-pemilu sebelumnya.

Secara ringkas, film ini berkisah tentang kehidupan sehari-hari seorang ibu bernama Pertiwi (diperankan Cut Mini). Ia memiliki tiga orang anak, yakni Adam (Bima Zeno), Sekar (Shenina Cinnamon), dan Isham (Thomas Rian).

Keluarga ini menemui drama tatkala ketiga anaknya membawa identitas diri mereka ke dalam lingkup keluarga yang berkaitan erat dengan politik praktis. Hal itu diperparah dengan panasnya iklim politik menjelang pilkades di sebuah daerah bernama Bangunmapan.

Walau bertema utama politik, pembawaan film ini juga dibalut dengan komedi. Selain itu, kondisi sosial politiknya disesuaikan dengan kondisi anak muda masa kini yang ketagihan dunia maya. Isu-isu semacam menjamurnya buzzer dan influencer politik pun tak luput dibahas.

Ketua KPU, Hasyim Asy’ari, yang hadir langsung dalam gala premiere malam kemarin beserta jajarannya, mengatakan bahwa film ini memuat pesan bahwa konflik dalam pemilu adalah sebuah keniscayaan. Namun, ia melihat konflik tersebut sebagai perbedaan cara pandang.

“Sudah pasti, bukan hanya potensi, sudah pasti ada konflik. Jadi penting mempertahankan kesadaran bahwa kita ini majemuk, kita ini plural, sehingga ketika kita bertemu situasi yang conflicting itu kita tidak gagap, kita tidak ragu untuk menghadapi itu semua,” kata Hasyim dalam sambutannya sebelum film diputar.

Hasyim tak ingin perpecahan yang terjadi di sejumlah gelaran pesta demokrasi sebelumnya terulang kembali. Ia menyinggung perpecahan akibat Pilkada DKI Jakarta pada 2017 dan Pemilu 2019. “Levelnya itu sudah mencapai grup-grup WA keluarga, grup alumni, saling caci-maki sehingga keluar atau left group. Saya kira ini satu pelajaran yang penting,” katanya.

Hasyim menjelaskan bahwa film ini merupakan salah satu bagian dari program pendidikan pemilih yang dibuat oleh KPU. Proyek ini dibiayai oleh negara. Namun ia tak merinci berapa total biaya yang dikeluarkan untuk menuntaskan film ini.

“Kami harus berpikir yang diberikan oleh negara itu anggaran. Sumbernya adalah rakyat, dan dipersembahkan kepada rakyat dalam bentuk film. Jadi bukan urusan berapa rupiah untung dan rugi,” kata Hasyim.

Senada dengan Hasyim, Garin Nugroho sang sutradara juga menyebut bahwa film ini bersifat edukatif. Ia menyebutnya dengan istilah edukasi sipil (civic education). Ia menilai edukasi semacam ini diperlukan di tengah berisiknya era media baru di mana komentar, opini, hingga analisis politik bertebaran luas di dunia maya.

“Yang paling penting dari karya ini adalah aspek civic education karena yang sudah pasti terjadi adalah seluruh ekosistem media ini akan riuh rendah berusaha untuk viral untuk menarik seluruh warga tiap detiknya, dan kita memang sangat memerlukan pendidikan politik di tengah era media baru, agar muncul pemilih yang bermartabat, dan adanya pemimpin yang bermartabat,” ujar Garin.

Ibnu Jamil, yang menjadi salah satu aktor dalam film ini dan memerankan Pak Lurah bernama Janji Upaya, mengatakan bahwa Kejarlah Janji merupakan proyek film yang menyenangkan. Itu adalah tujuan personal utamanya ketika menyelesaikan sebuah proyek film. “Goal saya adalah kalau saya nonton, bikin saya hepi dan seneng, itu sudah cukup,” ujarnya.

Senada dengan dua nama di atas, Ibnu pun berharap pesan edukatif dalam film ini bisa melekat di benak masyarakat pmeilih di tahun 2024 mendatang. Ia ingin pemilu tak hanya menjadi peristiwa politik, tetapi juga peristiwa kebudayaan.

“Agar pemilu kali ini bisa menjadi sesuatu yang memang menjadi kebudayaan yang menyenangkan, dan yang paling penting bukan masyarakat Indonesia-nya, yang paling penting adalah calon pemimpin-pemimpin yang maju untuk menjadi caleg. Wajib banget nonton film ini,” kata Ibnu.

Garin menyebut bahwa film ini juga akan hadir di bioskop dalam beberapa waktu ke depan secara terbatas. Menurutnya, untuk menyosialisasikan pesan edukatif film ini, jejaring komunitas film akan dilibatkan. Selain itu, film ini juga rencananya akan ditayangkan di daerah-daerah pelosok dengan skema layar tancap supaya warga dari daerah yang belum punya bioskop bisa menikmatinya.

270