Home Hiburan Indonesia Kita Usung Lakon Pertarungan Dunia Bawah Tanah Menyambut Pesta Elektoral

Indonesia Kita Usung Lakon Pertarungan Dunia Bawah Tanah Menyambut Pesta Elektoral

Jakarta, Gatra.com - Situasi sosial politik di Indonesia yang mulai menghangat menjelang Pemilihan Presiden, menjadi topik menarik yang diangkat oleh Indonesia Kita dan Bakti Budaya Djarum Foundation di pertunjukan ke-40. Pentas Indonesia Kita ke-40 mengusung judul lakon Calon Lawan akan dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki pada 20-21 Oktober dan didukung oleh Jakpro.

Seperti biasanya, Indonesia Kita selalu mengusung sentuhan budaya di setiap pementasannya. Kali ini Agus Noor sebagai Penulis dan Direktur Artistik, akan memilih olahan seni bela diri wushu untuk memunculkan nuansa persaingan dan pertarungan antara lawan-lawan yang tengah beradu kekuatan. Kisah Calon Lawan ini menampilkan dunia pertarungan bawah tanah di mana para kelompok saling berebut pengaruh dan kekuasaan.

Baca Juga: Orang-orang Berbahaya di Pentas Indonesia Kita

Pertarungan antar dua kelompok yang sama kuat pun terjadi. Berkali-kali terjadi pertarungan antar dua kelompok ini yang melibatkan jagoan-jagoan terbaik yang dimiliki keduanya. Saat situasi kian menegangkan, muncul beberapa kejadian misterius, yang membuat masing-masing kubu saling curiga. Ada beberapa penyerangan, tetapi tak bisa diketahui siapa yang melakukan.

Situasi ini mendorong kemunculan dugaan bahwa ada jagoan misterius, sosok yang tak terlihat, yang bergerak cepat melebihi bayangan, dengan kesaktian yang tak tertandingi. Jagoan yang memiliki kemampuan membunuh lebih cepat dari malaikat maut. Sebagai lawan, sosok itu bagai tak terlihat, tetapi memiliki kekuatan yang hebat. Sosok lawan yang penuh siasat. Cemas dengan kondisi ini, kedua kelompok yang tadinya berseteru kemudian mencoba bersatu untuk melawan “sosok tak terlihat” untuk mengetahui identitasnya yang sebenarnya.

Jalinan cerita ini akan mengingatkan para penonton pada kisah-kisah silat dan bela diri. Namun di sisi lain, kita tentunya akan diajak untuk menyadari bahwa pertarungan antar kelompok yang kemudian malah bersatu, juga muncul di panggung politik. Calon-calon yang tadinya tampak berlawanan dan bermusuhan, bahkan hingga memunculkan perseteruan di antara para pendukungnya, pada akhirnya malah berada dalam satu kubu. Yang sebelumnya tampak beroposisi, menjadi saling mendukung.

Baca Juga: Julini Tak Pernah Mati, Lakon Indonesia Kita untuk Nano Riantiarno

Bagi Indonesia Kita, cerita ini dirasa sangat tepat untuk dipilih dan disajikan menjelang Pilpres 2024. Terutama melihat begitu riuhnya panggung politik di menjelang akhir tahun ini, di mana semua calon seolah-olah berebut tampil di hampir setiap kesempatan dan acara-acara publik termasuk pertunjukan kebudayaan.

“Mereka datang ke konser musik, bukan untuk menonton, tetapi agar disorot dan muncul di banyak media. Acara-acara seni banyak digelar dan diadakan dalam keriuhan politik, tetapi semua itu hanya menjadi cara untuk mengundang dan menghibur massa,” ujar Agus Noor, penulis dan Direktur Artistik Calon Lawan.

Untuk itulah, lakon Indonesia Kita ke- 40 ini bakal menjadi momen warming up bagi publik maupun para kontestan calon presiden sebelum maju berlaga. Indonesia Kita, kata Butet Kartaredjasa, pendiri Indonesia Kita, selalu mencoba berperan sebagai refleksi atas apa yang terjadi di negara ini. Dengan cara budaya, mereka berupaya mengingatkan terutama bagi para wakil rakyat untuk tidak melupakan dan meninggalkan janji-janji mereka di hadapan para pemilih.

“Lakon Calon Lawan ini kami harapkan bisa mengajak para penonton untuk menyambut pesta elektoral nanti dengan santai, gembira, dan tentunya tetap kompak dalam perbedaan pilihan dan pendapat. Tidak perlu kita sampai harus berseteru di level horizontal, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di panggung politik yang sesungguhnya nanti. Marilah kita terus bersatu dalam kebhinekaan kita,” ujar Butet Kartaredjasa.

100