Home Internasional Kunjungan Korea Utara ke Iran Buat Barat Khawatir

Kunjungan Korea Utara ke Iran Buat Barat Khawatir

Pyongyang, Gatra.com - Kantor Berita Korea Utara, KCNA mengumumkan bahwa delegasi yang berisikan petinggi negara itu melakukan kunjungan ke Iran pada pekan ini. Terakhir kali pejabat Pyongyang melakukan perjalanan ke Teheran yang diumumkan secara publik adalah pada tahun 2019 silam.

Delegasi tersebut dipimpin oleh Menteri Hubungan Ekonomi Luar Negeri Korea Utara, Yun Jong Ho, berangkat ke Iran dengan pesawat pada Selasa (23/2) lalu. KCNA tidak mengungkapkan rincian lebih lanjut mengenai kunjungan tersebut.

Pada Februari, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengirim pesan ucapan selamat kepada Presiden Iran Ebrahim Raisi pada peringatan 45 tahun Revolusi Islam. Kim menyatakan keyakinannya bahwa hubungan persahabatan dan kerja sama antara kedua negara yang dijalin melalui perjuangan bersama melawan imperialisme akan meluas dan berkembang di berbagai bidang.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengungkapkan kekhawatirannya atas potensi kerja sama antara Teheran dan Pyongyang dalam pengembangan rudal nuklir dan balistik. Kedua negara masih berada di bawah sanksi internasional yang keras atas program senjata mereka.

Pekan lalu, Badan Intelijen Korea Selatan mengatakan pihaknya mengawasi kemungkinan teknologi Korea Utara disertakan dalam rudal balistik Iran yang diluncurkan melawan Israel, mengingat kerja sama rudal antara Utara dan Iran di masa lalu.

Diketahui, Iran menembakkan ratusan rudal dan drone ke sasaran militer di Israel pada tanggal 13 April lalu, sebagai tanggapan atas serangan sebelumnya terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah, yang menyebabkan dua jenderal dan beberapa perwira senior lainnya tewas.

Pyongyang juga menghadapi tuduhan dari Barat bahwa kelompok bersenjata Palestina Hamas, yang memiliki hubungan dengan Iran, menggunakan senjata Korea Utara dalam serangannya terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.

Saat itu, KCNA menolak klaim tersebut dan menyebutnya sebagai rumor yang tidak berdasar dan keliru yang bertujuan untuk melimpahkan kesalahan atas krisis Timur Tengah yang disebabkan oleh kebijakan hegemoni AS di negara ketiga.

Korea Utara dan Iran juga dituduh oleh AS dan sekutunya menyediakan peluru artileri dan drone ke Rusia di tengah konflik dengan Ukraina. Pyongyang dan Teheran membantah klaim tersebut, sementara Rusia bersikeras bahwa mereka bergantung pada senjata yang diproduksi dalam negeri untuk operasi militernya

91