Home Apa Siapa Nikson Nababan & Data Desa Presisi Model NIKSON

Nikson Nababan & Data Desa Presisi Model NIKSON

Jakarta, Gatra.com – Bupati Tapanuli Utara (Taput), Nikson Nababan, meraih gelar doktor setelah berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Perencanaan Pembangunan Berbasis Data Desa Presisi di Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara”.

Dalam disertasi tersebut, Nikson mengupas soal perencanaan pembangunan berbasis data desa presisi untuk menyejahterakan masyarakat demi menjadikan “Desa Kuat, Kota Maju, Indonesia Mandiri, dan Berdikari (MARDEKA)”.

Untuk menerjemahkan perencanaan pembangunan daerah berbasis data presisi guna menyejahterakan rakyat tersebut, Nikson ?dalam keterangan pers, Selasa (20/6), menggunakan model NIKSON yang sama dengan nama depannya.

Model NIKSON yang disampaikan dalam sidang terbuka disertasi di Sekolah Pascasarjana Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jakarta ini, merupakan kepanjangan dari needs, innovation, knowledge, synergy, operation, and norm.

Menurutnya, pada tahapan proses perencanaan didasarkan pada diagnosa masalah yang tepat dalam penentuan tujuan dengan proyeksi by name, by address, dan by coordinate. Sedangkan model NIKSON diperoleh dari data desa presisi perencanaan pembangunan daerah di Taput.

“Perencanaan meliputi diagnosa masalah, tujuan, prakiraan dan proyeksi, pengembangan alternatif, analisis feasibilitas, evaluasi, dan pelaksanaan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, dari perencanaan data desa tersebut, kemudian dikonstruksikan dalam model NIKSON. Pertama, needs (kebutuhan) perencanaan pembangunan daerah melalui pendekatan kebutuhan dasar manusia tidak hanya ekonomi dan sosial, tetapi yang paling dasar, seperti masalah kehidupan, demokrasi, keadilan, dan hak asasi manusia.

Kemudian, innovation (baharu), yakni penyusunan data presisi di Taput merupakan langkah maju dalam penyusunan perencanaan pembangunan berdasarkan kebutuhan masyarakat.

Selanjutnya knowledge (pengetahuan) untuk menghasilkan perencanaan pembangunan yang lebih baik dan maju. Adapun synergy (sinergi) untuk menghasilkan keseimbangan yang harmonis dan optimum.

Menurutnya, ada beberapa syarat utama penciptaan sinergi, yakni kepercayaan, komunikasi yang efektif, umpan balik yang cepat (feedback), dan kreativitas.

“Semua pihak dapat berperan menentukan arah dan tujuan perencanaan pembangunan yang harus terjaga dalam bentuk data desa presisi sesuai kehidupan masyarakat,” ujarnya.

Operation (operasional) kegiatan pembangunan dilakukan berdasarkan perencanaan data desa presisi. Terakhir, kata Nikson, adalah norm (kebijakan).

“Data desa presisi memiliki kemiripan dengan smart city, karena diterapkan dengan menghadirkan data yang memiliki tingkat akurasi dan ketepatan tinggi,” ujarnya.

Penggunaan data yang akurat dari tingkat administrasi terendah, yaitu pemerintahan desa, menurut Nikson, sangat penting dalam menentukan perencaan pembangunan. “Tapanuli Utara sudah menerapkan pentingnya basis data desa,” katanya.

Nikson kemudian menerjemahkan model NIKSON dengan semboyan MARDEKA. “Semua parameter pembangunan digunakan untuk mewujudkan masyarakat Tapanuli Utara yang sejahtera dan mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujarnya.

Namun, Nikson mengakui dalam proses penyusunan data desa presisi masih terdapat hambatan. Di antaranya, keterbatasan sumber daya manusia dalam mengoperasikan teknologi digital, keterbatasan jaringan teknologi informasi di wilayah perdesaan Taput dan kebanyakan warga desa berladang sehingga sulit ditemui enumerator.

Dia menyarankan pemerintah menggunakan data desa presisi dalam perumusan kebijakan pembangunan. Ketersediaan data presisi dapat memotret gambaran desa secara akurat.

“Pemerintahan desa, kabupaten sampai pemerintah pusat akan mudah menentukan prioritas pembangunan sesuai kemampuan anggaran,” katanya.

Selain itu, lanjut Nikson, penggunaan data desa presisi tidak akan memengaruhi kebijakan perencanaan pembangunan apabila terjadi pergantian kepemimpinan dari desa sampai pusat.

“Karena semua sudah berbasis data. Data desa presisi akan menjadikan Indonesia menjadi negara mandiri dan berdikari,” ujarnya.

Nikson mempertahankan disertasinya pada sidang yang dipimpin Wakil Rektor IPDN, Dr. Hyronimus Rowa, Prof. Dr. Khasan Effendy., M.Pd. selaku promotor, ?serta Prof. Dr. Dahyar Daraba., MSi dan Dr. Mansyur Achmad selaku co-promotor.? Nikson meraih hasil memuaskan dengan indeks prestasi kumulatif 3,82.

Mansyuri Achmad yang juga menjabat ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Sekolah Pascasarjana IPDN menyarankan disertasi ini dijadikan buku yang berguna bagi pemerintah dan masyarakat. “Nantinya dapat dijadikan acuan pembangunan di daerah,” ujarnya.

Sementara itu, Anggota DPR RI, Ribka Tjiptaning Proletariyati, mengapresiasi gagasan Nikson dalam perencanaan pembangunan berdasarkan data desa presisi. Menurutnya, penggunaan data akan menghasilkan program pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Ribka menilai, perencanaan pembangunan dari bawah sangat tepat sesuai tujuan Indonesia menjadikan rakyat adil dan makmur. Menurutnya, jika desa kuat dan mandiri maka kota juga akan maju. “Jika masyarakat desa sejahtera, maka negara akan kuat,” ujarnya.

195